Pengetahuan Seputar Nikah: Rukun Nikah dalam Islam

Rukun adalah bagian dari hakikat sesuatu. Hakikat sesuatu tersebut tidak mungkin terwujud tanpa unsur yang ada di dalamnya. Begitupun dengan rukun nikah. Akad adalah bagian dari hakikat sesuatu yang harus ada dalam pernikahan.  Menurut Hanafi, rukun  adalah keberadaan sesuatu yang bergantung pada sesuatu yang lain, namun sesuatu itu merupakan bagian dari hakikat tersebut. Menurut jumhur, rukun adalah sesuatu yang menjadi sandaran bagi keberadaan sesuatu dan ia tidak akan terwujud selain dengan adanya sesuatu tersebut.

b.    Bagian Rukun Nikah
Di sini terdapat perbedaan pendapat ulama. Sebagian Hanabilah berpendapat bahwa rukun nikah ada tiga, yaitu suami,  istri, dan shîghah (ijab kabul). Sementara itu, menurut Syafi'iyah dan sebagian Hanabilah, rukun nikah ada lima, yaitu suami, istri, shîghah, saksi dan wali.
Pada dasarnya hakikat suatu ibadah tidak terlepas dari unsur-unsur yang menjadi kewajiban di dalamnya. Begitu pun pernikahan. Ia tidak terlepas dari unsur-unsur pembangunnya; rukun dan syarat-syaratnya, karena bukan suatu akad nikah tanpa ada rukun dan syarat di dalamnya. Tetapi dalam kitab “Syarh Munthaha al-'Irâdath” dalam fikih Hambali diterangkan bahwa rukun nikah adalah ijab kabul saja. Hal ini senada dengan apa yang diterangkan dalam kitab “Badâ'i” bahwa rukun nikah adalah ijab dan kabul, tetapi di sini lebih dikhususkan pada penempatan lafalnya. Jadi, Menurut Hanafiyah, rukun nikah adalah ijab kabul saja. Pendapat ini disepakati oleh sebagian Hanabilah.

Pendapat yang lebih masyhur adalah pendapat Syafi'iyah yang mengatakan bahwa rukun nikah ada lima:
1.    Shîghah
2.    Mempelai laki-laki
3.    Mempelai perempuan
4.    Wali
5.    Dua orang saksi

Posting Lebih Baru Posting Lama