PCIM News

[Kabar PCIM][list]

Kabar Persyarikatan

[Muhammadiyah][twocolumns]

METODE IMAM BUKHARI DALAM MERIWAYATKAN HADITS



Pendahuluan
Nama lengkap Imam Bukhari adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Ja'fi. Ia lebih di kenal dengan sebutan Imam Bukhari. Diantara para ahli hadits, beliaulah yang paling masyhur hingga sekarang. Hadits-hadits riwayat Imam Bukhari lebih di unggulkan oleh para ulama daripada riwayat ahli hadits lainnya, seperti Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, dan lainnya. Kenapa seperti  demikian, tidak lain karena tingkat keshahihan hadits yang beliau riwayatkan sangatlah akurat. Ayah Imam Bukhari terkenal sebagai orang yang berilmu, ia juga sangat wara’, menjaga diri dari hal-hal yang syubhat. Diceritakan, bahwa ketika menjelang wafatnya, ia berkata: “Dalam harta yang kumiliki tidak terdapat sedikitpun harta yang haram maupun yang syubhat.” Maka jelaslah bahawa Bukhari hidup dan terlahir dalam lingkungan keluarga yang berilmu, taat beragama, wara dan terjaga dari hal-hal yang syubhat. Tidak heran jika ia lahir dan mewarisi sifat-sifat mulia dari ayahnya.

Metode Periwayatan Imam Bukhari

Pembahasan mengenai metode Imam Bukhari dalam meriwayatkan hadits, maka tidak akan jauh dari metode beliau dalam menyeleksi hadits-hadits beliau ke dalam kitab Shahihnya.

Imam Bukhari adalah orang pertama yang menyusun sebuah kitab yang di dalamnya murni berisi hadits shahih. Kitabnya bernama 'Al Jâmi‘ al-Musnad al-Shahîh al-Mukhtashar Min Umûri Rasûli’Llâh Saw. Wa sunanihi Wa Ayyâmihi'. Di sebut al-Jâmi' karena kitab ini hampir mencakup apa saja yang di butuhkan oleh umat Islam, baik untuk urusan agama, dunia, maupun akhirat mereka. Dikatakan al-Musnad karena semua sanad haditsnya bersambung sampai kepada Rasulullah Saw.. Dikatakan al-Shahîh karena di dalam kitab tersebut tidak ada satu hadits pun kecuali ia shahih, bahkan ‘Ashahhu al-Shahîh’, paling shahih di antara yang shahih. Di katakan al Mukhtashar karena kitab ini tidak mencakup seluruh hadits shahih, melainkan ‘Ashahhu al-Shahîh’ saja.

Ada dua riwayat mengenai faktor yang mendorong Imam Bukhari dalam menyusun kitabnya:

1. Ibrahim bin Ma'qil al Nisfi meriwayatkan dari Imam Bukhari, ia berkata: suatu ketika kami berada pada Ishaq bin Rohuwiyah, maka ia berkata: “Hendaknya kalian mengumpulkan ke dalam sebuah kitab yang meringkas sunnah-sunnah nabi Saw. yang shahih,” kemudian ia berkata: “Maka hal itu terdetik dalam hatiku, kemudian setelah itu aku mulai mengumpulkan hadits-hadits dalam kitab al-Jâmi' al-Shahîh.”

Diriwayatkan darinya lagi, bahwasannya Imam Bukhari berkata:


 1. Aku melihat Rasulullah Saw. dalam mimpi, seakan-akan aku berdiri di hadapannya dengan membawa sebuah kipas." Setelah itu Aku menanyakan hal itu kepada sebagian ahli ta'bir. Maka mereka mengatakan kepadaku, "Bahwasanya kamu akan mengikis habis kedustaan yang ditujukan kepada nabi Saw.. Hal itulah yang mendorongku untuk menyusun al-Jâmi' al-Shahîh. Ia juga berkata: "Aku mengarangnya dalam waktu lebih dari 10 tahun".

Imam Bukhari dalam meriwayatkan hadits selalu menerapkan metode ilmiah yang sangat detail. Beliau menggunakan standar keshahihan hadits yang sangat tinggi. Dengan metode demikianlah keshahihan hadits-hadits Imam Bukhari dapat dipertanggungjawabkan. Beliau sama sekali tidak meriwayatkan hadits kecuali ia telah menyeleksi para perawi dan benar-benar yakin akan keshahihan hadits tersebut. Imam Bukhari selalu membandingkan hadits-hadits yang diriwayatkannya, menyaringnya kemudian memilah mana yang menurutnya paling shahih. Dalam sebuah riwayat Imam Bukhari mengatakan: “Aku susun kitab al-Jâmi‘ ini yang di pilih dari 600.000 hadits selama 16 tahun.”

Imam Bukhari hafal ratusan ribu hadits lengkap beserta sanad dan pengetahuan para perawinya. Kendati demikian tidak semua hadits yang beliau hafal kemudian ia riwayatkan dan ia masukkan ke dalam kitabnya, melainkan ia menyeleksi dengan sangat ketat sanad dari hadits tersebut, apakah ia bersambung atau tidak. Keadaan para perawi hadits tersebut tidak luput dari pemeriksaannya, apakah ia tsiqah atau tidak. Sehingga ketika ia mendapati seorang perawi yang diragukan kejujurannya, ia pun meninggalkan hadits tersebut untuk tidak ia riwayatkan. Adapun jika perawinya tidak jelas kapabilitasnya atau terlebih lagi jika perawinya jelas akan kebohongannya, maka dengan tidak ragu ia tinggalkan hadits tersebut. Beliau berkata: "Aku tinggalkan 10.000 hadits yang di riwayatkan oleh perawi yang perlu di pertimbangkan.”

Imam Bukhari dalam perjalanannya mencari hadits telah bertemu banyak sekali para perawi hadits dan ulama. Dengan teliti ia mencatat keadaan para ulama dan perawi tersebut, untuk nantinya ia jadikan bahan pertimbangan mengenai mereka. Demi mendapatkan sebuah hadits tidak tanggung-tanggung Imam Bukhari berjalan dari satu negera ke negera yang lain, meskipun jarak antara negara-negara tersebut sangatlah jauh. Berharap mendapatkan keterangan tentang sebuah hadits ia berkali-kali mendatangi ulama atau perawi, seperti Baghdad, Kufah, Mesir, Syam, Hijaz dan lainnya. Beliau mengatakan: "Aku telah mengunjungi Syam, Mesir dan Jazirah masing-masing dua kali, ke Basrah empat kali menetap di Hijaz selama enam tahun dan tidak dapat dihitung berapa kali Aku mengunjungi Kufah dan Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadits."

Komparasi Metode Imam Bukhari dengan Muslim

Imam Bukhari adalah orang pertama yang menyusun kitab hadits yang di dalamnya hanya terdapat hadits shahih. Kemudian setelah Imam Bukhari adalah Muslim. Muslim adalah murid dari Imam Bukhari. Berkaitan dengan perbandingan metode Imam Bukhori dengan Muslim, maka tidak jauh pula dari metode penulisan kitab shahih mereka berdua. Keduanya memiliki keutamaan yang luar biasa dalam periwayatan hadits shahih. Kitab Bukhari lebih shahih daripada kitab yang di susun oleh Muslim, dan lebih banyak faidahnya. Meskipun ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa kitab Muslim lebih shahih dari kitab Bukhari. Namun pendapat yang benar adalah, kitab Bukhari lebih utama dari kitab Muslim. Karena kitab Bukhari sanad-sanadnya lebih kuat dan para perawinya lebih mutqin daripada kitab Muslim.

 Keunggulan kitab Imam Bukhari dapat di tinjau dari beberapa aspek, diantaranya;

1. Bahwasannya hadits yang di riwayatkan Imam Bukhari sendiri (tidak di riwayatkan oleh Muslim) lebih dari 430 hadits, dan yang memberi komentar mengenai kelemahan hadits tersebut sebanyak 80 orang. Sedangkan yang di riwayatkan Muslim sendiri (tidak di riwayatkan oleh Bukhari) sebanyak 620 hadits, dan yang mengomentarinya ada sebanyak 160. maka tidak ragu lagi bahwa yang sedikit di komentari lebih utama daripada yang banyak mendapatkan komentar.

2. Adapun hadits Imam Bukhari yang mendapatkan komentar, ia mendapatkannya langsung dari gurunya yang secara langsung ia temui dan duduk bersamanya. Sehingga ia mengetahui persis keadaannya, telah ia telaah hadits-haditsnya, dan paham betul mana hadits yang baik dan mana yang tidak baik. Sedangkan Muslim, ia mendapatkan hadits tersebut dari orang-orang yang telah lewat masanya. Maka tidak di ragukan lagi, seorang muhaddits yang lebih tahu perkataan syaikh-nya lebih utama daripada yang tidak duduk langsung dengan syaikhnya.

3. Imam Bukhori adalah orang nomor satu dalam bidang hafalan, kemudian pada urutan kedua adalah Muslim. Terbukti dalam riwayat ketika ia di uji oleh 10 ulama yang memutar balikkan hadits, kemudian Imam Bukhari membenarkannya satu persatu.

4. Muslim menghukumi hadits 'mu'an'an' sebagai hadits yang shahih atau sanadnya bersambung, asalkan perowinya adalah satu masa, meskipun belum pernah bertemu. Akan tetapi Imam Bukhori tidak demikian. Bukhari mensyaratkan harus bertemunya kedua perowi.

Bahwasannya hadits-hadits riwayat mereka berdua yang mendapat kritikan sebanyak 210 hadits. Khusus riwayat Imam Bukhari yang mendapat kritikan kurang dari 80 hadits.
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

Tidak ada komentar :


Majelis dan Lembaga

[Seluruh Artikel][grids]

Kajian MCIS

[Kajian Utama][bsummary]

Majalah Sinar Mesir

[Seluruh Artikel][threecolumns]

Shaffatul 'Aisyiyah

[Shaffatul 'Aisyiyah][list]