PCIM News

[Kabar PCIM][list]

Kabar Persyarikatan

[Muhammadiyah][twocolumns]

Dunia Pendidikan Islam: 1400 Tahun Menggiring Peradaban

Kalau  kita mengenang kembali era keemasan Islam 14 abad yang lalu, kita akan menemukan kemajuan Islam dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Kedokteran, Astronomi, Kimia, Matematika dan lain-lain. Puncaknya pada masa Daulah Abasiyah di Baghdad hingga datang serangan bangsa Tartar yang meluluhlantakkan peradaban Islam dengan membakar perpustakaan terbesar di dunia pada saat itu.

Baru pada akhir abad ke-X M, umat Islam mulai kembali memperhatikan dunia pendidikannya yang ditandai munculnya institusi-institusi pendidikan Islam. Seperti didirikannya perguruan (universitas) al-Azhar oleh oleh Jenderal Jauhar as-Saqali tahun 972 pada masa Daulat Bani Fatimiyah dan Madrasah Nizamiyah yang didirikan oleh Nizam al-Mulk pada masa Kesultanan Seljuk yang menerapkan sistem sekolah; penerimaan siswa, tes kenaikan tingkat juga ujian akhir kelulusan. Madrasah Nizamiyah ini, tercatat memiliki perpustakaan yang berisi lebih dari 6000 judul buku yang telah diatur secara katalog.

Sejarah mencatat, kemajuan ilmu pengetahuan saat itu, telah melahirkan saintis-saintis muslim dalam berbagai disiplin ilmu yang mendahului zamannya dengan karya-karya monumental mereka. Malah teori-teori yang mereka kembangkan beberapa di antaranya masih up to date hingga kini. Untuk sekadar menyebutkan contoh, dunia sains banyak berutang budi pada Al-Khawarizmi yang menyusun daftar logaritma, Al-Battani yang memperkenalkan sinus-cosinus-tangen dalam aritmatika, Al-Zahrawi yang menyempurnakan teknik pengambilan janin yang mati dan teknik amputasi di bidang kedokteran, serta Al-Biruni yang menyatakan universalitas hukum alam.

Selama 1400 tahun, Islam menggiring peradaban yang pada saat itu mengalami kejayaan.

Kemajuan pendidikan yang fantastis tersebut tidak lepas dari dukungan pemerintah saat itu (khilafah Islamiyah) terhadap dunia pendidikan. Nah, ketika kita melihat kemunduran pendidikan Islam saat ini, timbullah satu pertanyaan; benarkah kemunduran dunia pendidikan Islam karena minimnya dukungan pemerintah negara negera Islam terhadap pendidikan?

Bagaimana Dunia Pendidikan Islam Saat Ini?

Dunia Islam pada saat ini mengalami masa involusi atau kemunduran dalam berbagai bidang, termasuk aspek pendidikan. Kemunduran pendidikan dunia Islam dimulai ketika masa Utsmani yang lebih condong memperhatikan bidang militer, dan juga disebabkan oleh asumsi sudah tertutupnya pintu ijtihad dan imperialisme pada saat itu. Seperti yang diutarakan oleh Ust. Khalid Muslih, MA, ketika SINAR berkunjung ke kediaman beliau di bilangan daerah H-8 “karena kerajaan utsmani tidak memberi perhatian yang cukup kuat terhadap keilmuan dan peradaban, tapi kuat secara militer, maka lambat laun mengalami kemunduran dari sisi keilmuan. Sampai pada akhirnya, mengalami masa kejumudan karena asumsi pintu ijtihad ditutup,  lalu didatangi masa imperial”.

Disamping faktor sejarah yang menyebakan kemunduran umat Islam, juga ketidak becusan umat Islam dalam memenej dana anggaran pendidikan yang dibutuhkan. Padahal kita ketahui, bahwa mayoritas Negara-negara Islam memiliki SDA yang memadai, bahkan cukup hanya dengan mengandalkan Negara-negara timur tengah saja, kita bisa menguasai 66% cadangan minyak dunia, dan ditaksir mampu mencukupi kebutuhan 75 tahun mendatang. Bandingkan dengan negara Paman Sam yang menyediakan dana tak terbatas untuk pendidikan. Walaupun dari segi SDA mereka tidak memadai.

Ustadz Joni Musa, Lc, mahasiswa S2 Ummu Darman University Sudan menyatakan, “Realitas pendidikan Islam pada umumnya memang diakui mengalami kemunduran dan keterbelakangan, walau akhir-akhir ini secara berangsur-angsur mulai terasa kemajuannya. Ini terbukti dengan berdirinya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan beberapa model pendidikan yang ditawarkan. Tetapi tantangan yang dihadapi tetap sangat kompleks, sehingga menuntut inovasi pendidikan Islam itu sendiri dan ini tentu merupakan pekerjaan yang besar dan sulit. Barangkali kelemahan-kelemahan dan kemunduran pendidikan Islam dewasa ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti: kelemahan dalam penguasaan sistem dan metode, bahasa sebagai alat untuk memperkaya persepsi, ketajaman interpretasi, kelemahan dalam hal kelembagaan (organisasi), ilmu dan teknologi, serta tidak mengesampingkan juga tekanan-tekanan dari dunia barat terhadap sistem pendidikan dunia Islam yang sering diduga sebagai benih-benih yang akan melahirkan para teroris”

Tetapi dalam menganalisa dunia pendidikan Islam tentu tidak bisa menggeneralisikan bahwa pendidikan Islam saat ini mutlak mengalami kemunduran ataupun kemajuan. Secara umum dunia pendidikan Islam memang sedang mengalami kemunduran jika disejajarkan dengan pendidikan di Barat atau juga dengan membandingkannya dengan era keemasan Islam di masa silam. Namun generalisasi tetap tidak bisa dilakukan karena dunia pendidikan Islam itu sendiri masih remang-remang.

Dikotomi Ilmu Pengetahuan

Sejarah mencatat, ulama Islam terdahulu tidak mengenal pemisahan antara Ilmu Umum dengan Ilmu Agama. Kita melihat ilmuwan Islam zaman dulu menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan. Di samping kebanyakan mereka hafal Al-Quran dan ahli agama, mereka juga menjadi ahli dalam ilmu pengetahuan yang lain. Berbeda halnya jika kita menganalisa dunia pendidikan Islam saat ini. Ada kecendrungan dikotomi ilmu pengetahuan. dan juga ada upaya upaya untuk melakukan islamisasi ilmu pengetahuan. Ilmu agama dipelajari hanya beberapa jam saja atau sebaliknya. Akibatnya tidak ada keseimbangan antara penguasaan ilmu agama dan ilmu umum. Dalam hal ini, Ust. Kholid Muslih, MA, salah satu kandidat doktoral Universitas al-Azhar “Kemunduran umat Islam saat ini, juga disebabkan oleh paradigma umat Islam sendiri yang masih mendikotomikan antara pendidikan agama dan umum”.

Di samping itu juga, ulama ulama terdahulu terbukti memadukan antara akal dan wakyu. Buah dari perpaduan tersebut, ulama terdahulu mampu melahirkan berbagai penemuan karena mampu merenungkan ayat-ayat kauniyyah yang termaktub dalam al-Qur’an. Adapun kaum muslimin saat ini, cenderung menolak ilmu pengetahuan yang mengajak berfikir dengan akal. Sebut saja filsafat, ilmu ini  kurang diminati karena menganggap orang yang mempelajarinya akan kafir dan tokoh tokoh filsafatpun dianggap manusia aneh. Padahal, bangkitnya semangat pencerahan di Eropa itu, sedikit banyak dipengaruhi oleh capaian-capaian pemikiran-pemikiran kaum rasional Islam, seperti Ibn Rusyd yang kala itu menjadi semacam hantu di Eropa. Pemikiran rasional Ibn Rusyd, membuahi pemikiran Eropa sehingga berkuncup, berbunga, bahkan berbuah. Sementara umat Islam terperosok dalam ketidakrasionalan yang menyumbang pada kemunduran hampir seluruh dunia Islam. Akal dianggap bertentangan dengan iman, bahkan meruntuhkan iman dan kehidupan.

Sisi lain dari pendidikan Islam terdahulu adalah, ulama terdahulu menekuni suatu bidang tentu dengan tetap mempelajari berbagai disiplin keilmuan yang lain. Bakat atau muyul sangat diperhatikan. Maka ketika seseorang tertarik untuk mengkaji suatu bidang, dia akan langsung belajar ke seorang guru hingga benar benar menguasai. Ternyata sistem seperti ini kemudian mampu diterapkan oleh Barat dengan baik sehingga mereka mengalami kemajuan pesat. Adapun pendidikan di dunia Islam, cenderung untuk memperbanyak penguasaan berbagai mata pelajaran sehingga mengabaikan spesialisasi tertentu.

Hegemoni Sistem Pendidikan Barat Modern Terhadap Dunia Pendidikan Islam


Tidak ada yang menyangkal, bahwa Baratlah yang memimpin kemajuan peradaban dunia saat ini. Dimulai dari abad ke-16 yang dikenal dengan abad pencerahan (renaissance). Pada waktu itu mereka hampir menghabiskan dua abad melakukan proses terjemahan secara besar-besaran, setelah itu mereka mulai melakukan eksperimental dan akhirnya menemukan hal-hal baru dalam berbagai bidang. Dan pada abad 17 barat mulai mengepakkan sayapnya untuk menjajah bangsa ketiga, khususnya dunai Islam. Abad pencerahan ini sendiri, menurut ahli sejarah dipengaruhi oleh pemikiran Ibnu Rusyd.

Kalau kita menganalisa sistem pendidikan Barat, kita akan menemukan kenyataan dunia Barat hanya mengacu pada materi saja, dan mengabaikan pelajaran akhlak sebagaimana yang ada dalam sistem pendidikan Islam. Maka ketika dunia pendidikan Islam menyerap secara mentah-mentah sistem tersebut, pada hakikatnya akan merusak tatanan sistem pendidikan Islam itu sendiri. Toh walaupun Barat mengalami kemajuan pesat, tentu banyak hal yang tidak bisa oleh kaum muslimin.  Karena Islam mengajarkan keseimbangan antara kemajuan ilmu pengetahuan dan keselarasannya terhadap hukum syariat.

Akan tetapi, perkembangan terakhir pendidikan Barat sudah mulai memperhatikan nilai-nilai akhlak dan  spiritual sebagaimana walaupun tidak berbentuk dalam pelajaran formal di sekolah. Akan tetapi teori-teori yang mengajarkan keseimbangan antara penguasaan materi dengan spritualitas sudah mulai berkembang. Beberapa tahun terakhir sudah banyak ilmuwan barat yang berbicara mengenai Spiritual Quotient dalam buku-buku mereka.

Dunia Pendidikan Islam Menghadapi Serangan Pemikiran.


Serangan pemikiran atau al ghazwul-fikri dapat disebut sebagai sebuah istilah kontemporer yang banyak dipopulerkan di kalangan umat Islam. Sebagai serangan yang bukan berbentuk fisik, akan tetapi dia mempunyai karakteristik yang dekat dengan brainwashing.

Penggunaan istilah ghazwu’l fikri dikalangan umat Islam, berarti maksud sebenarnya adalah ghazwu’l fikri al–Islâmi atau serangan yang ditujukan kepada pemikiran Islam yang biasanya dipahami berasal dari dunia Barat secara umum yang mempunyai hubungan atau kepentingan di dunia Islam.

Apabila kita cermati, serangan pemikiran terhadap umat Islam di Indonesia sangat terasa pengaruhnya. Dulu tidak ada kyai yang mendukung goyang erotis dan sekarang ada. Dulu tidak ada cendekiawan muslim yang menghalalkan nikah beda agama dan sekarang ada. Dan yang terpenting, di zaman sekarang sudah ada profesor atau doktor yang dengan mudahnya mengatakan bahwa al-Qur'an yang sekarang telah mengalami distorsi. Oleh karena itu, al-Qur'an perlu dirombak dan dibuat edisi kritisnya. Itulah sekilas efek dari serangan pemikiran yang tanpa kita sadari telah masuk ke sendi-sendi umat Islam bahkan sampai ke level intelektual. Prof. Dr. Harun Nasution yang sempat menjabat rektor IAIN Syarif Hidayatullah (1973-1984), berangkat ke Montreal, Kanada dan menuntut ilmu di McGill University yang saat itu dan sampai sekarang mempunyai program yang dinamakan McGill-Relationship. Buku yang mungkin menarik untuk dibaca berkenaan dengan dampak dari kerjasama antara IAIN dan McGill University adalah buku yang berjudul, "The Modernization of Islam in Indonesia , An Impact Study on the Cooperation between the IAIN and McGill University ". Setelah menuntut ilmu di sana, beliau pulang dengan membawa segudang pemikiran baru dan mengeluarkan buku berjudul "Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya", yang ketika menuai banyak kritik yang cukup tajam dari kalangan cendekiawan muslim lainnya karena buku itu penuh dengan pemikiran Barat terhadap Islam yang mempunyai banyak kelemahan dan dapat membuka pintu kearah sekularisme,   pluralisme dan liberalisme.

Tentunya tidak semua orang bisa mendeteksi gejala serangan pemikiran ini. Oleh karena itu, penanaman ilmu tentang Islam di usia sedini mungkin sangatlah diperlukan dan juga materi pembelajarannya tidak hanya berhenti misalkan hanya sampai tahap al-Qur'an itu wahyu Allah dan Hadist adalah Sunnah Rasulullah, tapi juga mengerti mengapa al-Qur'an dan al-Hadist bisa tetap asli dan layak untuk diimani sehingga hal-hal yang menyangkut kedua dasar akidah tersebut tidak perlu diutak-atik dengan alasan modernisasi Islam.

Berbagai macam permasalahan dalam pendidikan Islam di atas sebenarnya dapat diminimalisir bahkan dapat diatasi, dengan catatan semua elemen-elemen pendidikan yang ada, mulai dari pendidik, terdidik, kurikulum dan metode tertata rapi serta kesadaran pelakunya akan urgensi pendidikan Islam untuk menciptakan manusia yang bertuhan, berakhlak dan bersosial tinggi.

Semua itu tidak akan bisa diciptakan kecuali unsur terkait mau berjihad, niat ikhlas beribadah kepada Allah dan profesional serta kerja keras yang benar-benar serius.

Islamisasi Pengetahuan, Mungkinkah?

Perlu penegasan terlebih dahulu, “Islamisasi Ilmu Pengetahuan” merupakan cabang dari “islamisasi” sendiri sekaligus merupakan bagian terpenting dari proses islamisasi. Tidak itu saja, islamisasi ilmu pengetahuan juga merupakan syarat pertama terwujudnya umat yang berlandaskan nilai nilai islami.

Islamisasi pengetahuan sendiri dapat didefinisikan segala ilmu yang didapat dalam proses pendidikan yang berorientasi pada akhirat. Contohnya dokter, seseorang menjadi dokter berniat untuk : mendapatkan ridha Allah, ada banyak ayat-ayat kauniyah tentang ilmu kedokteran di dalam al-Quran yang dia pelajari, dengan begitu bertambahlah imannya, dia berorientasi untuk mengangkat harkat dan martabat Islam atau untuk kaum muslimin pada khususnya, dan seluruh umat di dunia pada umumnya.

Di tengah upaya Islamisasi ilmu pengetahuan tersebut, ada rasa pesimis yang menghantui sebagian kaum muslimin. Akan tetapi, sangat mungkin terjadi jika kaum muslimin mampu menguasai ilmu pengetahuan modern. Dengan pengetahuan tersebut, seorang ilmuwan muslim akan mampu membingkai  pengetahuan tersebut dengan nilai - nilai yang islami.

Menyoroti Pendidikan Islam Indonesia


Sebagaimana banyak dikenal, Indonesia merupakan negara Islam terbesar dengan jumlah kaum muslimin terbanyak di dunia. Dengan kekuatan besar itu, seharusnya Indonesia menjadi cermin kemajuan pendidikan bagi negara negara Islam lainnya. Akan tetapi realita berkata lain, di Asia Tenggara saja, Indonesia berada di urutan ke tujuh dari sepuluh negara. Lalu, di manakah posisi pendidikan Indonesia di dunia?

Begitupun dengan universitas yang ada di tanah air. Data menunjukkan bahwa perguruan tinggi nasional masih terlalu jauh tertinggal jika dibandingkan dengan perguruan tinggi di negara  lain. Tercatat dari sekitar 2.700 PT di Indonesia, baru empat yang masuk daftar 500 besar PT dunia. Yakni Universitas Indonesia (250), Institut Teknologi Bandung (258), Universitas Gadjah Mada (270), dan Universitas Diponegoro (495).

Tentunya ke depan kita tidak bisa terlalu berharap pendidikan Indonesia akan maju,  terutama jika pemimpin nasional bukan orang yang memiliki visi memajukan pendidikan di tanah air. Perkembangan terakhir, Dalam APBN 2007 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Hanya menganggarkan alokasi dana pendidikan sebesar 9,8 persen dari total APBN 2007.

Konsep Pendidikan Islam


Di tengah situasi pendidikan seperti ini, dibutuhkan konsep yang jelas. “Konsep pendidikan  Islam  mengupayakan adanya integrasi dalam dunia pendidikan itu sendiri sehingga tidak ada dikotomisasi pendidikan. Islam sangat mementingkan pengembangan dan penguasaan iptek, asal harus berpijak pada nash-nash syar’i. Sehingga menjadi media pengabdian seorang muslim kepada Allah Swt. tidak seperti peradaban Barat yang kosong dari nilai spiritual, dan akhirnya kita sibuk untuk melakukan Islamisasi ilmu pengetahuan” tutur Kholid Muslih, MA, yang saat ini menjabat sebagai ketua ICMI Orsat Kairo 2006-2008.

Joni Musa, Lc juga menguatkan “Kalau kita telaah literatur dalam pendidikan Islam, maka diketahui bahwa fungsi dan tujuan pendidikan Islam di letakan jauh lebih berat tanggungjawabnya bila dibandingkan dengan fungsi pendidikan pendidikan pada umumnya. Sebab, fungsi dan tujuan pendidikan Islam harus memberdayakan atau berusaha menolong manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karenanya, maka konsep dasarnya bertujuan untuk melahirkan manusia-manusia yang bermutu yang akan mengelola dan memanfaatkan bumi ini dengan ilmu pengetahuan untuk kebahagiaannya, yang dilandasi pada konsep spiritual untuk mencapai kebahagiaan akhiratnya”.

Terakhir, di tengah gambaran dunia pendidikan Islam yang suram, kita harus tetap optitmis untuk menatap masa depan. Rasa pesimis akan terus meggerogoti jiwa, kalau dihubungkan dengan pendapat dari Henry Petter yang mengatakan “ Education makes people easy to lead, but difficult to drive;easy to govern, but impossible to enslave”.. Wa’lLâhu a'lamu bi’s shawâb.

Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

Tidak ada komentar :


Majelis dan Lembaga

[Seluruh Artikel][grids]

Kajian MCIS

[Kajian Utama][bsummary]

Majalah Sinar Mesir

[Seluruh Artikel][threecolumns]

Shaffatul 'Aisyiyah

[Shaffatul 'Aisyiyah][list]