Tuntunan Dalam Mendidik Akhlak Anak
Tahapan selanjutnya dalam proses pendidikan anak adalah pembinaan moral. Hal yang perlu diingat, akhlak yang baik dalam perilaku dan perangai anak merupakan buah dari penanaman iman. Tatkala anak sudah diarahkan untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya, serta merasa bahwa selalu ada yang mengawasi gerak-geriknya, maka anak akan siap untuk menerima dan merespon hal-hal positif yang sesuai fitrahnya. Sebaliknya, jika jiwa anak tidak tertanamkan pondasi keimanan yang kuat, maka anak akan cenderung sulit untuk diarahkan kepada kebaikan.
Dalam pembinaan moral, ada beberapa hal perilaku buruk yang sering terjadi pada anak:
A. Berbohong
B. Mencuri
C. Mencela orang lain
D. Bertingkah laku tidak sesuai kodratnya
A. Berbohong
Perilaku ini merupakan tingkah laku yang sangat jelek. Dengan berbohong, pada hakekatnya seseorang membuka peluang bagi dirinya untuk melakukan perilaku-perilaku buruk selanjutnya. Seorang anak yang berbohong, untuk menutupi kebohongan yang pertama, maka ia akan berbohong. Dan begitu seterusnya. Rasulullah Saw. bersabda:
إياكم والكذب فإن الكذب يهدى إلى الفجور وإن الفجور يهدى إلى النار (رواه مسلم
“Jauhilah olehmu dusta. Karena dusta akan berbuntut pada kejahatan, dan kejahatan itu akan menggiring ke neraka” (HR. Muslim)
Untuk membiasakan anak bertingkah laku dan berkata jujur, maka pendidik harus menjadi suri tauladan sebagai sosok yang jujur dihadapan anak didik. Seorang ibu tidak harus membohongi anak hanya untuk mem-buat anak berhenti menangis ataupun hanya sekedar memotivasinya untuk melakukan sesuatu. Pendidik demikian sebenarnya, secara tidak sadar, mengajarkan kebohongan kepada anak. Dan hal tersebut akan berimbas pada ketidakpercayaannya pada ibu/pendidik. Dalam sebuah hadits di sebutkan:
عن عبد الله بن عامر رضى الله عنه قال: دعتنى أمى يوما، ورسول الله صلى الله عليه وسلم قاعد فى بيتنا، فقالت: ها تعال أعطك، فقال لها رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما أردت أن تعطيه؟ قالت أردت أن أعطيه تمرا، فقال لها الرسول صلى الله عليه وسلم (رواه أبو داود والبيهقى)
Dari Abdullah bin Amir Ra. berkata: “Ketika Rasulullah Saw. Berada dirumah kami, ibuku memanggil: ‘kesinilah, aku akan memberimu sesuatu’. Rasulullah pun berkata (kepada ibu Abdullah bin Amir): ‘Apa yang akan engkau berikan padanya?’. Ibu Abdullah menjawab. ‘Aku akan memberikan kurma ini padanya’. Rasulullah kemudian berkata: ‘Jika engkau tidak memberikan buah itu padanya, maka engkau termasuk orang yang berbohong’. (HR. Abû Dâud dan al-Baihaqî)
B. Mencuri
Perilaku ini pada dasarnya merupakan dampak pendidikan keimanan yang dangkal, sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Anak yang terbina imannya akan mudah untuk tidak amanah, yang pada akhirnya anak hanya akan menyusahkan orang tua dan keluarga dan menjadi sampah masyarakat. Na’ûdzubillâh.
Menurut Hayâ binti Mubârak, tindakan ini disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Tidak menempuh cara yang bijaksana dalam memenuhi keinginan anak
Dalam tabiatnya, seorang anak cenderung ingin mendapatkan apa yang ada di tangan orang lain, entah itu permen, mainan atau yang lainnya. Seketika itu pula, seorang anak akan meminta orang tuanya untuk memenuhi apa yang dikehendakinya. Dalam hal ini ada orang tua yang yakin bahwa jika keinginan anak dipenuhi, maka anak akan bisa menahan dirinya untuk tidak mengambil apa yang ada pada orang lain. Di sisi lain, ada orang tua yang mempunyai keyakinan yang berlawanan, sehingga sama sekali tidak mau memenuhi keinginan anak. Karena menurutnya, dengan demikian anak akan melatih anak untuk mampu menahan diri untuk tidak mengambil apa yang ada pada orang lain.
Dampak negatif dari sikap pertama, anak akan tumbuh menjadi orang yang tamak, boros, ingin menang sendiri dan selalu berusaha mendapatkan apa yang ada pada orang lain dengan cara apapun. Karena apa yang diinginankan anak sudah terbiasa untuk dipenuhi.
Adapun dampak dari sikap kedua, anak sering tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.
Adapun dampak dari dari sikap kedua, anak sering tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, baik itu merupakan kebutuhannya, ataupun yang ada di tangan orang lain. Seperti alat-alat sekolah, mainan, makanan, ataupun yang lainnya. Hal ini juga akan mendorong anak untuk mencuri.
2. Tidak adanya pengawasan dari keluarga
Terkadang, tanpa sepengetahuan orang tua, anak membawa barang baru ke rumahnya dan mengatakan bahwa barang tersebut adalah barang temuan ataupun pemberian temannya. Ibu (orang tua) terkadang mempercayai apa yang dikatakan anak, tanpa menceknya terlebih dahulu. Jika ternyata anak berdusta dan orang tua tidak memberikan perhatian khusus dengan perilaku ganjil tersebut, maka anak akan merasa terlepas dari pengawasan orang tua. Hal ini akan mengakibatkan anak akan lebih berani melakukan hal yang buruk yang kemudian akan menjadi kebiasaannya.
3. Pergaulan yang tidak baik
Rasulullah Saw. bersabda:
مثل الجليس الصالح و الجليس السوء كمثل حامل المسك ونافخ الكير, فحامل المسك إما أنيحذيك أو تشترى منه أو تجد منه ريحا طيبا, ونافخ الكير إما أن يحرق ثيابك أو تجد منه ريحا منتنة (رواه البخارى و مسلم)
"Perumpamaan teman yang baik dan yang buruk laksana pembawa misk (salah satu jenis minyak wangi) dan tukang besi. Dari pembawa misk, bisa jadi engkau akan diberinya, atau engkau membeli minyak wanginya, ataupun dapat mencium bau harum darinya. Sedangkan tukang besi, boleh jadi dia menyebabkan bajumu terbakar, atau paling tidak mencium bau yang tidak sedap” (HR. Al-Bukhârî dan Muslim)
C. Mencela orang lain
Adakalanya anak, ketika dia sudah mulai bisa berbicara, bahkan ketika dewasa sekalipun, mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan bahkan mencela orang lain. Minimal, ada dua faktor yang menyebabkan hal demikian:
1. Contoh yang buruk
Ketika seorang anak mendengar perkataan yang tidak sopan ataupun umpatan dari orang tua, maka perkataan tersebut akan cepat terekam dalam benaknya, sehingga ia akan mudah sekali menirukan perkataan tersebut, yang pada kahirnya lidah anak akan terbiasa mengeluarkan perkatan yang tidak sopan, kotor ataupun mengumpat.
2. Pergaulan yang tidak baik
Orang tua yang membiarkan anaknya bermain dan bergaul dengan teman yang nakal, maka anak akan menyerap tingkah laku yang jelek serta bahasa-bahasa yang kurang baik dari temannya tersebut. Hal ini akan berdampak pada ketidakluhuran akhlak anak.
Sebagai solusi, maka orang tua dan para pendidik harus memberikan suri tauladan yang baik kepada anak dalam berucap, berbicara, dengan selalu berkata baik di hadapan anak, selain menghindarkan anak dari pergaulan yang tidak baik.
D. Bertingkah laku tidak sesuai kodratnya
Yang dimaksud dalam hal ini adalah, tingkah laku yang tidak sesuai dengan kodrat anak sebagai laki-laki ataupun perempuan, atau segala sikap yang tidak berpendirian serta cenderung meniru perilaku orang lain meskipun tidak Islami. Sehingga anak tidak memiliki identitas keislaman, atau bahkan tidak bangga dengan apa yang diajarkan oleh Islam. Perilaku ini sering muncul pada masa pubertas sampai masuk usia dewasa, dimana pada masa-masa itu biasanya seorang anak akan mencari figur dalam bergaya dan pola hidup.
Mungkin kita pernah menemukan seorang anak laki-laki yang lembek dalam bertingkah laku, tutur katanya mengalun-alun, atau berjalan dengan lunglai. Ada juga yang sebaliknya, anak permempuan meniru-niru tingkah laku dan kepribadian laki-laki.
Dalam hal ini Rasulullah Saw. seringkali menghimbau agar anak dididik dengan prinsip-prinsip (mabâdi') yang benar, sesuai dengan fitrah dan kodrat manusia, serta selaras dengan ajaran Islam.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Tidak meniru (tasyabbuh) ataupun taklid buta. Rasulullah Saw. bersabda:
ليس منا من تشبه بغيرنا, لا تشبهوا باليهود ولا بالنصارى (رواه الترمذى
"Bukanlah dari golongan kita siapayang meniru kebiasaan (agama) lain. Janganlah engkau meniru-niru orang Yahudi ataupun Nasrani" (HR. Al-Tirmidzî)Meskipun demikian, patut dibedakan antara yang boleh dan yang tdiak. Jika hal tersebut baik, maka tidak ada salahnya hal tersebut diadopsi, seperti ilmu dan lainnya. Namun jika bertolak belakang dengan ajaran agama, maka kewajiban seorang muslim dalam mempertahankan identitas keisalaman (‘izzah)nya.
2. Tidak larut dalam kehidupan yang glamor
Anak yang tumbuh dalam keluarga dengan gaya hidup yang glamor dan berlebihan akan berdampak pada kelalaian dan ketidakpeka-annya terhadap kondisi sosial masyarakat. Dan hal tersebut akan berdampak pada kesenjangan sosial.
3. Mencegah anak untuk mendengarkan musik dan lagu yang mengundang nafsu.
Termasuk dalam hal ini tayang televisi yang tidak mendidik.
Ibnu Mas'ûd, Ibnu 'Abbâs dan Ibnu 'Umar berpendapat bahwa lahw al-hadîts yang termaktub dalam surat Luqmân:6 adalah lagu. Bahkan Ibnu Mas'ûd bersumpah: "Demi Allah, yang dimaksud dengan lahw al-hadîts adalah lagu"
4. Mencegah anak dari perilaku yang menyerupai lawan jenisnya. Dalam sebuah hadits disebutkan:
لعن الله المخنثبن من النساء والمترجلات من النساء (رواه البخارى و أبو داود والترمذى)
"Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki" (HR. al-Bukhârî, Abû Dâud dan al-Tirmidzî)
5. Mewajibkan anak untuk menutup aurat, menjaga pandangan serta mencegahnya untuk tidak bersolek yang berlebih-lebihan (tabarruj).
----------------------------------
Pcim Mesir menerima zakat, infaq, sadaqah. Uang ini akan dipergunakan untuk kepentingan dakwah Pcim Mesir dan dapat disalurkan ke:
No rek. 3660009009 a/n PCIM Mesir, Bank Syariah Mandiri, Jl. Gedong Kuning Selatan, No. 5, Yogyakarta.
Konfirmasi via facebook : https://www.facebook.com/pcim.mesir
Dan semoga amal ini bisa menjadikan kita menerima buku amalan perbuatan dengan tangan kanan diakhirat kelak. Alamat Pcim Mesir: Building 113/2, 10th district, Nasr city, Cairo, Egypt.
Post A Comment
Tidak ada komentar :