PCIM News

[Kabar PCIM][list]

Kabar Persyarikatan

[Muhammadiyah][twocolumns]

Menelaah Orientalis : METODOLOGI ORIENTALISME TIDAK JELAS

Prof. Dr. Abdullah Hasan Barakat
Beliau menjabat sebagai Guru Besar Fakultas Dakwah dan Jurusan Perbandingan Agama Universitas Al-Azhar Kairo. Selain itu, beliau juga aktif di berbagai Lembaga-lembaga riset keislaman.



Menurut Anda sejak kapan gerakan Orientalis mulai dikumandangkan?

BismilLâhirrahmânirrahîm
Sebelumnya, barangkali kita perlu mendefinisikan orientalis secara obyektif. Menurut saya, orientalis adalah sebuah gerakan yang mempelajari Timur dan memiliki dwi orientasi. Pertama: berorientasi kepada penyelewengan. Kedua: berorientasi kepada penelitian. Artinya, orientalis adalah suatu upaya yang muncul dari pihak luar timur atau non muslim untuk meneliti dan mempelajari ilmu-ilmu keislaman atau ketimuran, baik dari segi bahasa, keyakinan maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan keduanya.

Orientalis memiliki beberapa tujuan penting; pertama:  membuat berbagai rekayasa dalam agama dengan tujuan mengotori dan merusak citra agama islam. Paham ini mendominasi mayoritas kaum orientalis. Kedua: bertujuan untuk mengenal Islam dengan menggali wawasan keilmuan yang terdapat dalam agama Islam.

Mempelajari agama Islam dengan tujuan untuk merusak agama Islam bukanlah barang baru, namun sudah berlangsung lama. Sikap seperti itu memang biasa dilakukan para musuh-musuh Islam, sebagaimana disinyalir oleh al-Qur'an mengenai sikap ahli Kitab, "perhatikanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang  beriman pada permualaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali kepada kekafiran".  (QS. Ali Imran: 72). Atau ketika kaum Quraisy bertanya kepada mereka, "Mana agama yang paling baik, agama kaum Quraisy atau agama Muhammad?". Mereka menjawab bahwa agama Quraisy lebih baik dari agama Muhammad. Akan tetapi dengan kebesaran Allah Swt., segala makar mereka itu pasti terungkap.

Sebenarnya, ahli Kitab enggan mempercayai kebenaran Muhammad Saw., karena mereka dengki dan merasa paling benar.

Istilah orientalis muncul sekitar abad ke-19, terutama ketika wacana seputar benturan pemikiran antara Timur dan Barat atau Islam dan Barat sedang mencuat. Wacana tersebut sebenarnya sudah muncul ketika terjadi perang salib.

Dari statement di atas dapat diambil kesimpulan bahwa akar pemikiran orientalis telah ada dalam al-Qur'an, dan telah terlihat pada masa awal munculnya Islam. Hal itu terbukti dengan berbagai upaya ahli Kitab dalam memerangi kaum muslimin serta Rasullah Saw.. Usaha mereka tersebut masih tetap berlangsung sampai saat ini.

Menurut anda, apakh gerakan orientalis hanya memiliki motif agama, atau ada motif lain seperti imperialisme?

Orientalisme memiliki tiga corak; pertama: missionaris, kedua: kolonialis, ketiga: sebagai lembaga kajian ketimuran. Hanya saja, tujuan dasar mereka sebenarnya adalah kolonialis. Dengan kata lain, bahwa negara penjajah yang memiliki otoritas penuh dalam memonitor, mengatur dan menjaga kelangsungan ketiga misi di atas. Sebab kolonialis merupakan donatur yang mendukung penuh terhadap segala kegiatan gerakan orientalis maupun missionaris.

Motif utama gerakan mereka adalah menjajah, sedangkan pijakan yang dijadikan sebagai landasan pemikiran adalah bentuk kajian orientalis. Pada posisi ini mereka berupaya mempelajari perilaku dan tradisi suatu masyarakat. Mereka meniliti keyakinan dan wawasan yang dimiliki komunitas tertentu dari segala segi. Selanjutnya, hasil dari penelitian mereka agar dapat dipraktekkan dalam alam realita, yaitu usaha untuk melepaskan keyakinan atau agama suatu kaum merupakan tugas missionaris.
Kalau boleh saya katakan bahwa sebenarnya, orientalis dan missionaris ibarat sebuah mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Sebab keduanya berusaha memanfaatkan penjajah untuk menghasilkan tujuan yang sama.

Bisakah anda menjelaskan bagaimana metodologi yang digunakan para orientalis untuk mempelajari Islam?

Kita perlu membedakan antara minoritas orientalis yang mengkaji ketimuran dan keislaman dengan sikap obyektif, dengan mayoritas orientalis yang mempelajari Islam dengan tujuan untuk menyelewengkan ajaran agama, mereka yang mengkaji Islam dengan sikap subyektif.
Para orientalis yang bersikap obyektif adalah mereka yang mengakui kebenaran Islam, mengetahui dan mengakui peradaban Islam. Mereka mengkaji sejarah tanpa ada tujuan untuk melakukan distorsi. Mereka mengakui kejayaan umat Islam dan juga peran bangsa Arab terhadap kemajuan peradaban Barat. Sesungguhnya dahulu mereka memindahkan wawasan dan pengetahuan dari dunia Islam.
Akan tetapi mayoritas orientalis tidak bersikap seperti itu. Mereka tidak memiliki metodologi yang jelas, bahkan tidak jarang dalam penelitian mereka ditemukan kesalahan ilmiah yang cukup fatal. Dalam hal ini ada beberapa point penting yang harus kita kemukakan.

Pertama: para orientalis saling bekerjasama dalam bidang penelitian. Di sisi lain, kebanyakan pegawai yang bekerja sebagai diplomat pada beberapa negara Islam adalah dari kaum orientalis. Hal ini akan sangat mempermudah mereka untuk membiayai segala kepentingan penelitian.
Kedua: Para peneliti tersebut tidak akan memberikan hasil penelitiannya tanpa mendapat respon positif dari kalangan intelektual yang berada pada lembaga-lembaga gerakan orientalis. Sedangkan lembaga-lembaga riset ini merupakan sarana rekayasa sebagai justifikasi dan atas penyelewengan ilmiah yang mereka lakukan. Jika sebuah penelitian dari seorang orientalis telah mendapat legalisir dari lembaga tersebut, kemudian mereka mulai berupaya memutarbalikkan realita, sehingga ketika orang membaca buku-buku mereka maka dengan cepat respon negatif  akan tertuju kepada Islam dan ajarannya.

Adapun kesalahan ilmiah yang timbul akibat ketidakjelasan metodologi tersebut adalah bahwa mayoritas dari mereka hanya bersandar pada riwayat-riwayat palsu yang tidak memiliki landasan akurat. Kemudian mereka menisbatkan riwayat-riwayat tersebut kepada Islam dan kepada Rasullah Saw.. Mereka juga mengambil pendapat dari berbagai aliran sesat dalam Islam seperti Bahaiyah, Qadyaniyah, Bathiniyah dan sebagainya.

Mereka suka menukil berbagai argumentasi kontraproduktif dari golongan filsafat, ilmu kalam atau fiqh untuk menyeret beberapa teks-teks al-Qur'an kepada wilayah yang jauh dari makna aslinya. Mereka melakukan tafsir dan takwil dari ayat-ayat al-Qur'an agar keluar dari tujuan asalnya.

Menurut saya, disamping karena mereka sudah memiliki niat buruk, usaha penipuan untuk merusak reputasi Islam juga akibat kelemahan-kelemahan mereka atas kaidah-kaidah bahasa Arab.

Kebanyakan dari mereka juga sering menggunakan argumentasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan ketika melontarkan berbagai tudingan negatif baik terhadap agama Islam maupun kepada RasullahMuhammad Saw.. Di antara tudingan negatif tersebut adalah tuduhan mereka bahwa Muhammad melakukan poligami hanya karena semata-mata tujuan seksual.

Sebenarnya mereka tidak mengetahui tujuan utama dibalik poligami tersebut. Jika kita lihat dalam Kitab Perjanjian Lama  yang diakui Yahudi dan Injil bagi Nasrani, maka sesungguhnya dalam keduanya terdapat cerita yang mengisahkan para nabi mereka, atau para pendeta yang juga melakukan poligami dalam jumlah yang relatif banyak. Akan tetapi mereka tidak pernah menghina terhadap nabi-nabi mereka serta melontarkan berbagai tudingan negatif.

Dari sini kita bisa mengatakan bahwa sebenarnya mereka tidak menginginkan sebuah kajian obyektif dan ilmiyah. Buktinya mereka hanya bersandar kepada teks-teks  yang telah mereka tafsirkan sendiri dan melempar tuduhan-tuduhan palsu kepada Islam. Adapun kesalahan ilmiyah lainnya adalah generalisasi terhadap suatu permasalahan dengan klaim yang masih ambigu.

Hal ini kerap sekali dipergunakan oleh kaum orientalis. Artinya jika seorang muslim melakukan kesalahan maka dianggap bahwa seluruh kaum muslim mengikuti kesalahan ini. Padahal dalam sebuah penelitian menggeneralisasikan sebuah hukum sebelum meneliti dari segala segi adalah kesalahan fatal. Kalau kita ingin menginfentarisir kepincangan ilmiayah yang dimiliki kaum orientalis, maka kita kan banyak menemukannya dalam buku-buku dan aktifitas mereka. Sebab mereka sendiri belum mampu menghadirkan satu argumentasi akurat untuk melegitimasi pendapat mereka.

Contohnya: mereka menuduh bahwa Islam adalah agama kekerasan, agama teroris, agama pembunuh dan sebagainya. Tetapi kalai ditanya atas dasar apa mereka mengatakan demikian, mereka tidak mampu menghadirkan satu ayat pun dari al-Qur'an atau al-Hadist sebagai landasan argumentasi. Sebab, dalam al-Qur'an secara jelas diterangkan mengenai sikap keadilan dalam Islam meski kepada musuh sekalipun. Bagaimana Islam menghargai kemanusiaan, dan demikian seterusnya.
 Yang terpenting adalah bahwa tuduhan-tuduhan mereka sama sekali tidak berdasarkan argumentasi dan metodologi yang jelas, namun hanya dimotori oleh sifat benci dan permusuhan terhadap agama Islam.

Apakah karya-karya orientalis terutama yang berkaitan dengan kajian kitab turats memiliki dampak positif bagi umat Islam?

Menurut saya tidak mungkin aktifitas dan karya-karya orientalis membuahkan dampak positif  bagi umat Islam. Mungkin ada sebagian usaha mereka yang dapat kita beri penghargaan seperti mencetak mencetak beberapa manuskrip untuk dipublikasikan. Namun perlu digarisbawahi bahwa secara umum, mustahil pemahaman yang benar tentang Islam dapat diperoleh dari karya-karya orientalis, jikapun ada, prosentasinya sangat kecil. Dahulu kolonialis Barat ketika menguasai negara-negara Islam, mereka banyak mengumpulkan dan memindahkan buku-buku berharga ke negara mereka. Oelh karenanya, kita menemukan bahwa banyak dari manuskrip Arab terdapat di Prancis, Inggris dan sebagainya. Kenapa hal ini bisa terjadi? Sebab orientalis berusaha memonopoli pengetahuan.
Oleh sebab itu jika yang dimaksud dampak positif bagi umat Islam adalah usaha mereka melakukan percetakan manuskrip-manuskrip tersebut dengan teknologi modern, maka kita mengakuinya dan memberikan apresiasi positif. Namun sekali lagi bahwa penelitian mereka tentang Islam hanya bersandarkan atas dendam terpendam dan kedengkian terhadapagama Islam. Dari sini saja saya rasa tidak mungkin seorang muslim akan mendapatkan pemahaman yang benar tentang Islam dari mereka.
Kemudian, ada beberapa hal yang barangkali dapat dikategorikan sebagai usaha positif mereka seperti menyusun nash-nash Hadits berdasarkan abjad. Contohnya buku Mu'jamu'l mufahras li Alfâdzi'l Hadîts. Usaha seperti ini tidak membutuhkan pemikiran atau pemahaman, akan tetapi hanya sebatas mengumpulkan Hadits-Hadits dari beberapa sumbernya kemudian disusun sesuai dengan urutan abjad secara sistematis. Memang dari sini kita mendapatkan nilai positif, akan tetapi perlu kita ketahui juga bahwa sebagian usaha mereka justru berdampak negaif bagi umat Islam. Misalnya tuduhan-tuduhan mereka yang  telah kita singgung sebelumnya. Tentunya lontaran negatif tersebut harus kita bantah dengan metode dakwah yang benar.

Adapun karya-karya mereka seperti tafsir al-Qur'an, sejarah nabi, fiqh ekonomi, fiqh sosial, fiqh politik dan sejarah Islam, maka kita tidak mungkin akan mendapatkan pemahaman yang benar dan akurat tentang Islam dari buku-buku tersebut, meskipun ditulis oleh tokoh orientalis yan berusaha bersikap obyektif. Sebab, mereka tidak bisa lepas dari sikap fanatik untuk menanamkan sikap kereguan umat Islam terhadap ajarannya.

Sebenarnya dampak negatif yang cukup berbahaya dapat ditimbulkan dari penelitian mereka. Dan hal ini tentunya membutuhkan bantahan dari para ulama-ulama dan cendekiawan muslim.

Jadi, apa sebenarnya sarana-sarana yang digunakan para orientalis untuk mewujudkan tujuan tersebut?

 Sebagaimana yang telah saya sebutkan di atas bahwa salah satu sarana mereka adalah melakukan berbagai tindakan manipulasi terhadap berbagai isi dalam ajaran Islam. Kemudian, mereka berusaha menarik simpati umat Islam agar mau belajar dan menuntut ilmu agama dari para orientalis. Nah, hal ini yang sangat berbahaya bagi umat Islam. Sebab sebagian generasi Islam yang menuntut ilmu dengan mereka tentu akan tunduk terhadap setiap penelitian yang dihasilkan orientalis. Bahkan mereka akan membela mati-matian setiap ucapan orientalis tentang islam. Maka sebenarnya para orientalis telah menjamah seluruh perbendaharaan umat Islam seperti kamus bahasa Arab yang tidak lepas dari incaran kaum orientalis.

Menurut anda mana yang lebih berbahaya terhadap Islam antara Orientalis dengan Oksidentalis?

Bagi saya, keduanya memiliki tujuan yang sama dan tidak ada bedanya. Oksidentalis berarti seseorang berusaha menjadi pengusung Barat, meskipun pada awalnya gerakan oksidentalis ini berupaya mempelajari ilmu-ilmu Barat sebagaimana mereka mempelajari ketimuran. Akan tetapi realitanya sungguh sangat memperihatinkan. Mereka bukannya mempelajari Barat untuk mengkritik kepincangan dan kesalahan yangterdapat di dalamnya, namun mempelajari Barat untuk kemudian bersikap seperti halnya orang Barat.

Tidak perlu jauh-jauh memberikan contoh atas statement tersebut. Lihat daja kaum sekuler, kaum liberal, mereka yang mengklaim sebagai para modernis dengan menggunakan terminologi spektakuler seperti pencerahan, pembaharuan dan sebagainya. Mereka itu kebanyakan adalah sarjana-sarjana dari Barat. Mereka akan berteriak bahwa umat Islam tidak akan maju dan berkembang sebelum meniru Barat dalam segala lini kehidupan mulai dari moral, cara berpakaian, tradisi, metodologi ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.

Gerakan oksidentalis tersebut kebanyakan bukannya belajar tentang teknologi canggih, kedokteran, ilmu astronomi akan tetapi yang dipelajari adalah musik, tari-tarian, disko dan sebagainya yang sebenarnya justru membunuh identitas mereka sendiri. Hal ini sudah bukan rahasia umum lagi, sebab kita sendiri bisa melihat banyak contohnya seperti perubahan sikap para pelajar yang menimba ilmu di Barat, padahal sebelumnya mereka adalah orang-orang yang taat beragama, sangat kuat terhadap tradisi kebangsaannya.

Fenomena saat ini justru gerakan oksidentalis tersebut berbanding lurus dengan orientalis. Sebab orang Barat sendiri tidak menginginkan kalangan yang belajar di negara mereka mengetahui realitas kehidupan di Barat. Mereka juga tidak menginginkan kritikan dari para penimba ilmu dari negara asing, sehingga setelah kembali ke negaranya  yang diusung adalah peradaban Barat dengan segala kemajuannya. Sedangkan sebaliknya mereka  mereka akan menolak segala tradisi ketimuran yang dianggap sebagai sebuah kejumudan.

Menurut anda bagaimana sikap kita sebagai seorang muslim yang diperintahkan untuk berlaku adil dalam menghadapi gerakan-gerakan ini, baik orientalis maupun oksidentalis!

Sebagaimana Allah Swt., berfirman: "Sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau kesesatan yang nyata". Agama Islam adaah agama yang tegak di atas keadilan, meskipun umat Islam hanya memiliki satu kitab suci, yaitu al-Qur'an dan satu agama yaitu Islam.

Akan tetapi sebagaimana yang ditegaskan Allah Swt., bahwa agama Islam adalah agama yang menghargai orang lain. Bukankah dalam al-Qur'an kita melihat bagaimana cara al-Qur'an menghadapi orang-orang kafir, dengan tetap menghargai mereka selama mereka  bisa mendatangkan sebuah argumnetasi yang jelas dan tepat atas sikap mereka. Sebab kita sebagai seorang muslim memiliki banyak argumentasi yang menyatakan bahwa agam kita adalah agama yang benar.

Kita akan menghormati dan menghargai para orientalis yang berusaha bersikap obyektif. Disamping itu, kita juga berharap agar mereka bersikap obyektif dalam menilai peradaban masyarakat mereka sendiri sesuai realita, kemudian berusaha memperbaikinya sesuai dengan pengetahuan mereka tentang Islam dan ajarannya, sehingga seluruh masyarakat akan hidup berdampingan dan saling menghormati. Hal tersebut tidak akan tercipta kecuali dengan solusi Islam.

Sedangkan bagi orientalis yang menimba ilmu-ilmu Islam hanya untuk memerangi dan mengotori kesuciannya, maka dengan tegas kita katakan kepada mereka agar memberikan argumentasi dan bukti akurat tentang pendapat yang mereka lontarkan. Kita sebagai umat Islam harus bersikap tegas dengan mereka. Para ulama dan cendekiawan muslim yang masih memiliki ruh dakwah dituntut untuk membongkar semua kedok para orientalis sehingga dapat dibedakan secara jelas antara yang hak dan yang batil.

Untuk kaum oksidentalis, sebenarnya apa yang menjadikan mereka begitu terlena untuk meniru dan mengusung barat? Apa yang menguasai pikiran mereka sehingga mereka begitu tertarik menjadi penganut Barat? Coba berikan kepada kami satu hal yang paling berharga di dunia Barat, kemudian bandingkan dengan ajaran islam? Tentu mereka akan mendapatkan bahwa ajaran Islam jauh lebih berharga dibandingkan dengan norma dan nilai yang mereka dapatkan dari Barat.

Kecuali jika mereka menganggap bahwa pergaulan bebas, kebebasan seksual, menghalalkan segala cara adalah sesuatu yang paling berharga. Dalam hal ini tentu kita berbeda, sebab dalam pandangan kami sebagai kaum muslimin hal itu adalah keji dan sangat naif jika dilakukan oleh seorang muslim. Sesuatu yang paling berharga bagi kami umat Islam adalah ketika kami mampu melaksanakan segala yang diperintahkan Allah dan mampu menjauhi terhadap segala yang dilarang-Nya. Rahasia kebahagian hanya terdapat dalam ajaran Islam, karena dengan ini, manusia akan selamat dunia dan akhirat.

----------------------------------
Pcim Mesir menerima zakat, infaq, sadaqah. Uang ini akan dipergunakan untuk kepentingan dakwah Pcim Mesir dan dapat disalurkan ke:
No rek. 3660009009 a/n PCIM Mesir, Bank Syariah Mandiri, Jl. Gedong Kuning Selatan, No. 5, Yogyakarta.
Konfirmasi via facebook : https://www.facebook.com/pcim.mesir
Dan semoga amal ini bisa menjadikan kita menerima buku amalan perbuatan dengan tangan kanan diakhirat kelak. Alamat Pcim Mesir: Building 113/2, 10th district, Nasr city, Cairo, Egypt.
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

Tidak ada komentar :


Majelis dan Lembaga

[Seluruh Artikel][grids]

Kajian MCIS

[Kajian Utama][bsummary]

Majalah Sinar Mesir

[Seluruh Artikel][threecolumns]

Shaffatul 'Aisyiyah

[Shaffatul 'Aisyiyah][list]