Definisi & Terminologi Falak
Add caption |
Penamaan ilmu falak sangat beragam dalam khazanah klasik (turâts) sebelum
dan sesudah Islam seiring dengan kadar kemampuan manusia dalam menerjemahkan
fenomena angkasa raya. Dalam Islam, peran bangsa Yunani (Greek)
agaknya tidak bisa dilepaskan, justeru istilah Astronomi yang telah mengakar
tersebut berasal dari bahasa ini. ‘Astro’ berarti bintang, dan ‘Nomia’ berarti
ilmu.[3]
Diantara beragam penamaan tersebut yang banyak menghiasi buku-buku klasik (turâts)
antara lain: Nujûm, Hay'ah, Hay'ah al Aflâk, Hay'ah al 'Alâm, al Aflâk,
Shinâ'ah an Nujûm, at
Tanjim, Shinâ'ah at Tanjîm, Ahkâm an Nujûm, dll.[4]
Di abad pertengahan (± abad 9 H) ilmu ini lebih dikenal dengan nama hay'ah
atau al hay'ah al aflak. Sementara penggunaan kata al falak tidak
begitu berkembang, pula tidak banyak beredar, meski kata ini tetap ada
menghiasi buku-buku klasik dengan maksud dan tujuan yang sama. Antara lain,
Ibnu an-Nadim (w. 388 H) dalam Al Fihrist-nya ketika menjelaskan
biografi Ya'qub bin Thariq menyebut kata ini (baca: falak/ilmu falak) sebagai
cabang ilmu yang dimaksud.[5] Kata 'falak', dengan makna 'edar' sebagai
dimaksud dalam disiplin ilmu falak beberapa diantaranya tertera dalam Al
Qur'an, antara lain dalam QS.Yâsîn ayat 40:
“Tidaklah mungkin bagi Matahari mendapatkan Bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya” [QS. Yâsîn :
40]
Carlo Nillino, Guru Besar ilmu falak Universitas Fu'ad Awwal/Jâmi'ah al
Mishriyyah, sekarang Universitas Kairo (Jâmi'ah al Qâhirah), dan
Universitas Pallermo Italia menyatakan, kata ‘falak’ yang banyak beredar dalam
Al Qur'an bukan berasal dari bahasa Arab, akan tetapi teradopsi dari bahasa
Babilonia yaitu 'Pulukku'.[6]
Perkembangan selanjutnya, ilmu falak terus berkembang dengan berbagai
elaborasi dan akselerasi ilmiah hingga akhirnya ilmu ini dengan khas
nama 'ilmu falak' mengakar di peradaban Islam. Terlihat, di perguruan tinggi,
instansi pemerintah, organisasi keislaman, dll. muncul kajian-kajian ilmu Falak
dalam teori dan praktek. Secara lebih khusus, ilmu falak berperan secara detil dalam kepentingan umat
Islam dalam empat hal, yaitu: [1]. Menentukan awal-awal bulan Qamariyah, [2].
Menentukan waktu-waktu shalat, [3]. Menentukan bayang (arah) kiblat, [4].
Menentukan kapan dan dimana terjadinya gerhana.
[2] Abdurrahman bin Khaldun, Muqaddimah
Ibn Khaldûn, Editor: Hamid Ahmad at Thahir (Dar al
Fajr li at turats, cet. I, 1425 H/2004 M), h. 602
[3] Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Yusuf al Khawarizmy, Mafatîh al 'Ulûm , Editor: G. Van Vloten, Pengantar: Prof. Dr. Muhammad ‘Abd
al-‘Aziz (Serial Az Dzakha'ir (118)
al-Hay’ah al-‘Ammah li Qushur al-Tsaqafah-Kairo, 2004), h. 210
[4] Abdul Amir al Mukmin, At Turâts al Falakî 'Inda[l]
'Arab wa al Muslimîn wa Atsaruhu fî 'Ilm al Falak
al Hadîts (Terbitan Universitas Aleppo-Syria,
1413 H/ 1991 M) h. 18
[5] Lihat: Ibn An-Nadim, Al
Fihrist, Editor: Muhammad Ahmad Ahmad (Maktabah Tawfiqiyyah-Kairo,
t.t.), h.379.
[6] Carlo Nillino, 'Ilmu[l] Falak;
Tarîkhuhu 'inda[l] 'Arab fî[l] Qurûn[il] Wusthâ (Maktabah as Tsaqafah ad Diniyyah,
t.t.), h. 105-106
Labels
AFDA Astronomi
Post A Comment
Tidak ada komentar :