Zionisme Internasional dan Persatuan Umat Islam
Sungguh benar firman Allah dalam al-Qur’an, "Orang-orang Yahudi dan Nasrani Tidak akan merasa senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.”(QS. 1:120). Hal itu bisa dibaca hari-hari ini pada berbagai upaya yang dilakukan Israel bersama sekutunya (baca: barat) terhadap umat Islam. Semua itu adalah rangkaian permusuhan besar; sejak dari masa Rasulullah Saw. sampai masa runtuhnya Khilafah Utsmaniyah di Turki 1924. Berdirinya negara Israel tahun 1948 di Jerussalem merupakan bukti nyata betapa seriusnya mereka ingin menguasai dunia dan memusnahkan Islam. Gerakan mereka terorganisir dengan baik dan bertujuan mewujudkan negara Israel raya di muka bumi, gerakan ini dikenal dengan nama Zionisme (shahyuniyyah).
Taktik peperangan fisik mereka rasa tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Seperti kekalahan yang mereka alami atas Arab pada konfrontasi 1967. Harus dilakukan peperangan lain yang tidak kentara dan susah dibaca. Semacam perang pemikiran yang bertujuan merubah paradigma berfikir dan budaya umat Islam. Menjauhkan umat Islam dari nilai-nilai agama yang merek anut dan yakini. Langkah nyata mereka terekam pada budaya, kondisi moralitas, mental-mental yang pengecut, pemikir-pemikir sekularis yang timbul di dunia Islam. Mungkin bisa disebut antek-antek barat. Mereka yang terang-terangan menentang manhaj Islam yang didasarkan pada al-Quran dan sunnah. Empat belas abad yang silam, kita telah diperingatkan oleh Rasulullah akan bahaya kekuatan yang terorganisir ini, ditambah melihat persatuan umat Islam yang rapuh. Kita tidak sadar, bahwa kita sedang dipermainkan oleh kaum zionis. Umat Islam mereka biarkan terpecah belah, misal dalam hal pertarungan wacana yang tak kunjung habis. Kita sibuk menghadapi apa itu Islam liberal, Islam substantif, Islam radikal, dan sebagainya. Sedang mereka sibuk mengurus agenda ke depan; bagaimana agar politik Internasional bisa mereka kuasai. Sebab itulah skenario termudah penggulingan dan penghancuran umat Islam.
Berbagai serangan gencar dilakukan kaum zionis bersama sekutunya, secara internal-eksternal pada umat Islam. Saat ini, serangan-serangan yang dilakukan Israel terhadap bumi Palestina belum menunjukkan titik adaanya keinginan perdamaian antara kedua belah pihak. Derita muslim Palestina belum selesai, kita disuguhkan kenyataan pahit invasi militer Amerika ke Afghanistan yang membom-bardir bumi Islam. Dengan dalih penangkapan Usamah bin Laden; dalang terorisme dunia. Belum juga sembuh luka di Afghanistan, kita dituding dengan masalah senjata roket pembunuh massal dan upaya menjatuhkan rezim Saddam Husein. Sehingga Irak, “negeri seribu satu malam” itu, serta merta dibumi hanguskan oleh Amerika bersama sekutunya. Masalah senjata ini juga menjadi penyebab krisis pengembangan nuklir Iran. Sakit kita belum sembuh total, serangan besar dilancarkan Israel ke Palestina- Libanon. Parahnya, serangan yang dianggap 'legal' oleh Israel tersebut, mendapat restu dari Amerika Serikat. AS menggunakan hak veto-nya di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) untuk menggagalkan draft resolusi PBB dalam penyelesaian konflik Israel, Palestina, dan Libanon tersebut.
Tindakan Israel menyerang Palestina -Libanon dengan dalih membebaskan dua tentara mereka yang tersandera sangatlah tidak rasional. Maka, jalan pintas menggunakan kekuatan militer mereka lakukan. Menerjang jalan diplomasi yang seharusnya bisa dilakukan. Israel juga terlalu arogan dengan menuduh pejuang Palestina dan milisi Hizbullah, Libanon sebagai teroris dengan menggunakan restu Amerika untuk menggempur Palestina dan Libanon. Sepertinya juga, upaya Israel untuk menggagalkan terbentuknya negara Palestina tampaknya akan terus berlangsung hingga batas waktu yang tidak dapat ditentukan. Selama AS masih menjadi sekutu terkuat Israel, maka upaya Palestina untuk merdeka sebagai negara berdaulat tidak akan terwujud. Walaupun AS sering 'mendua' terhadap Israel dan Palestina, tapi sikap 'mendua' tersebut hanyalah sandiwara yang dibuat oleh AS dan Israel; di mana AS adalah aktornya dan Israel sebagai “sutradaranya”.
Konflik berdarah di Palestina terus berkecamuk dengan melibatkan Libanon. Secara teori, hukum internasional mempunyai peranan sangat penting untuk menyelesaikan konflik tersebut. Tapi dari segi praktik, penyelesaian tersebut sangatlah sulit. Hal ini disebabkan, karena hukum internasional masih bersifat primitif; seperti hukum rimba. Siapa yang kuat, dialah yang menang. Juga hukum yang terbatas efektivitasnya, sebab kekuatan hukum internasional terbatasi oleh kedaulatan suatu negara. Dan secara instrumen politik, hukum internasional pada praktiknya sering dimanfaatkan oleh negara adikuasa dan negara-negara maju untuk menekan negara-negara berkembang dan miskin. Dengan berkuasanya PBB sebagai penjaga perdamaian dunia, mereka menggunakan pengaruh kekuasannya lewat jalur tersebut. Amerika Serikat yang menamakan dirinya adikuasa; melalui hak vetonya mempengaruhi berbagai keputusan. Terutama jika menyangkut Israel yang memanfaatkan hukum internasional ini sebagai alat politiknya dikancah forum internasional. Memanfaatkan keberadaan dan kekuasaan AS di DK PBB. Dalam Forum pembahasan konflik Timur tengah, khususnya Israel dan Palestina; AS selalu menggunakan hak vetonya untuk membela Israel dalam berbagai tindakannya. Kini AS juga merestui tindakan Israel untuk menggempur Palestina dan Libanon.
Zionisme Internasional dan Persatuan Umat Islam
Tapi, sekarang dunia Islam mulai bangkit dari tidurnya. Berbagai dukungan serta upaya yang dilakukan bersama. Demonstrasi mengecam dilontarkan atas serangan Israel di bumi Palestina dan Libanon. Diisukan bahwa kelompok Syiah Iran dan Syiria telah bergabung bersama kelompok Hizbullah di Libanon selatan. Dari sini, kekhawatiran PBB muncul. Ultimatumpun diberikan pada Israel untuk segera menghentikan kekejamannya terhadap Palestina dan Libanon. Jika tidak, maka negara muslim semacam Iran, akan mengajak umat Islam didunia bersatu melawan Israel dan sekutunya. Dan hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya Perang terbuka Arab-Israel babak kedua. Sebuah langkah sulit dihadapi PBB untuk melangsungkan perdamaian dunia.
Kongklusinya, ketika umat Islam di dunia bersatu, bergandeng tangan bersama maka pihak zionis akan gentar dengan sendirinya. Segala yang terjadi saat ini mulai dari penindasan, pembunuhan, serta tindak kriminal dan dikriminasi yang timbul akibat ulah barat (zionisme dibaliknya) beserta sekutunya akan segera berakhir.
Taktik peperangan fisik mereka rasa tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Seperti kekalahan yang mereka alami atas Arab pada konfrontasi 1967. Harus dilakukan peperangan lain yang tidak kentara dan susah dibaca. Semacam perang pemikiran yang bertujuan merubah paradigma berfikir dan budaya umat Islam. Menjauhkan umat Islam dari nilai-nilai agama yang merek anut dan yakini. Langkah nyata mereka terekam pada budaya, kondisi moralitas, mental-mental yang pengecut, pemikir-pemikir sekularis yang timbul di dunia Islam. Mungkin bisa disebut antek-antek barat. Mereka yang terang-terangan menentang manhaj Islam yang didasarkan pada al-Quran dan sunnah. Empat belas abad yang silam, kita telah diperingatkan oleh Rasulullah akan bahaya kekuatan yang terorganisir ini, ditambah melihat persatuan umat Islam yang rapuh. Kita tidak sadar, bahwa kita sedang dipermainkan oleh kaum zionis. Umat Islam mereka biarkan terpecah belah, misal dalam hal pertarungan wacana yang tak kunjung habis. Kita sibuk menghadapi apa itu Islam liberal, Islam substantif, Islam radikal, dan sebagainya. Sedang mereka sibuk mengurus agenda ke depan; bagaimana agar politik Internasional bisa mereka kuasai. Sebab itulah skenario termudah penggulingan dan penghancuran umat Islam.
Berbagai serangan gencar dilakukan kaum zionis bersama sekutunya, secara internal-eksternal pada umat Islam. Saat ini, serangan-serangan yang dilakukan Israel terhadap bumi Palestina belum menunjukkan titik adaanya keinginan perdamaian antara kedua belah pihak. Derita muslim Palestina belum selesai, kita disuguhkan kenyataan pahit invasi militer Amerika ke Afghanistan yang membom-bardir bumi Islam. Dengan dalih penangkapan Usamah bin Laden; dalang terorisme dunia. Belum juga sembuh luka di Afghanistan, kita dituding dengan masalah senjata roket pembunuh massal dan upaya menjatuhkan rezim Saddam Husein. Sehingga Irak, “negeri seribu satu malam” itu, serta merta dibumi hanguskan oleh Amerika bersama sekutunya. Masalah senjata ini juga menjadi penyebab krisis pengembangan nuklir Iran. Sakit kita belum sembuh total, serangan besar dilancarkan Israel ke Palestina- Libanon. Parahnya, serangan yang dianggap 'legal' oleh Israel tersebut, mendapat restu dari Amerika Serikat. AS menggunakan hak veto-nya di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) untuk menggagalkan draft resolusi PBB dalam penyelesaian konflik Israel, Palestina, dan Libanon tersebut.
Tindakan Israel menyerang Palestina -Libanon dengan dalih membebaskan dua tentara mereka yang tersandera sangatlah tidak rasional. Maka, jalan pintas menggunakan kekuatan militer mereka lakukan. Menerjang jalan diplomasi yang seharusnya bisa dilakukan. Israel juga terlalu arogan dengan menuduh pejuang Palestina dan milisi Hizbullah, Libanon sebagai teroris dengan menggunakan restu Amerika untuk menggempur Palestina dan Libanon. Sepertinya juga, upaya Israel untuk menggagalkan terbentuknya negara Palestina tampaknya akan terus berlangsung hingga batas waktu yang tidak dapat ditentukan. Selama AS masih menjadi sekutu terkuat Israel, maka upaya Palestina untuk merdeka sebagai negara berdaulat tidak akan terwujud. Walaupun AS sering 'mendua' terhadap Israel dan Palestina, tapi sikap 'mendua' tersebut hanyalah sandiwara yang dibuat oleh AS dan Israel; di mana AS adalah aktornya dan Israel sebagai “sutradaranya”.
Konflik berdarah di Palestina terus berkecamuk dengan melibatkan Libanon. Secara teori, hukum internasional mempunyai peranan sangat penting untuk menyelesaikan konflik tersebut. Tapi dari segi praktik, penyelesaian tersebut sangatlah sulit. Hal ini disebabkan, karena hukum internasional masih bersifat primitif; seperti hukum rimba. Siapa yang kuat, dialah yang menang. Juga hukum yang terbatas efektivitasnya, sebab kekuatan hukum internasional terbatasi oleh kedaulatan suatu negara. Dan secara instrumen politik, hukum internasional pada praktiknya sering dimanfaatkan oleh negara adikuasa dan negara-negara maju untuk menekan negara-negara berkembang dan miskin. Dengan berkuasanya PBB sebagai penjaga perdamaian dunia, mereka menggunakan pengaruh kekuasannya lewat jalur tersebut. Amerika Serikat yang menamakan dirinya adikuasa; melalui hak vetonya mempengaruhi berbagai keputusan. Terutama jika menyangkut Israel yang memanfaatkan hukum internasional ini sebagai alat politiknya dikancah forum internasional. Memanfaatkan keberadaan dan kekuasaan AS di DK PBB. Dalam Forum pembahasan konflik Timur tengah, khususnya Israel dan Palestina; AS selalu menggunakan hak vetonya untuk membela Israel dalam berbagai tindakannya. Kini AS juga merestui tindakan Israel untuk menggempur Palestina dan Libanon.
Zionisme Internasional dan Persatuan Umat Islam
Tapi, sekarang dunia Islam mulai bangkit dari tidurnya. Berbagai dukungan serta upaya yang dilakukan bersama. Demonstrasi mengecam dilontarkan atas serangan Israel di bumi Palestina dan Libanon. Diisukan bahwa kelompok Syiah Iran dan Syiria telah bergabung bersama kelompok Hizbullah di Libanon selatan. Dari sini, kekhawatiran PBB muncul. Ultimatumpun diberikan pada Israel untuk segera menghentikan kekejamannya terhadap Palestina dan Libanon. Jika tidak, maka negara muslim semacam Iran, akan mengajak umat Islam didunia bersatu melawan Israel dan sekutunya. Dan hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya Perang terbuka Arab-Israel babak kedua. Sebuah langkah sulit dihadapi PBB untuk melangsungkan perdamaian dunia.
Kongklusinya, ketika umat Islam di dunia bersatu, bergandeng tangan bersama maka pihak zionis akan gentar dengan sendirinya. Segala yang terjadi saat ini mulai dari penindasan, pembunuhan, serta tindak kriminal dan dikriminasi yang timbul akibat ulah barat (zionisme dibaliknya) beserta sekutunya akan segera berakhir.
Post A Comment
Tidak ada komentar :