Malu Kepada Diri Sendiri
Malu terhadap diri
sendiri adalah malu ketika kita dihadapkan dengan hal-hal pribadi dan bersifat
tersembunyi. Seperti malu melakukan perbuatan maksiat di tempat umum, malu pada
diri sendiri ketika memberi sesuatu
kepada orang lain tidak sesuai kadar kemampuan, malu ketika menyimpang dari
berbuat baik dan lain sebagainya. Diibaratkan orang yang malu terhadap dirinya
sendiri adalah bagaikan malaikat dan iblis yang saling membisikkan antara satu
dengan yang lainnya. Karena apabila dia mampu mengalahkan iblis berarti dia
malu terhadap dirinya sendiri dan malu terhadap malaikat, karena diri sendiri
dan malaikat berhubungan langsung dengan Allah bukan dengan manusia (tertutup),
sedangkan ketika dia kalah dan jatuh pada perbuatan maksiat, maka hilanglah
rasa malunya terhadap diri sendiri, malaikat begitu juga Allah.
Dikisahkan dalam
hadis riwayat Bukhari, bahwa Nabi Musa As. adalah seseorang yang pemalu. Hal ini terlihat pada kisah tsaubî
al-Hijr berikut ini. Zaman dahulu
kebiasaan mandi di sungai adalah suatu hal yang lumrah- walaupun sekarang juga
masih dapat kita temukan di desa-desa atau daerah pedalaman- begitu juga yang
dilakukan umat Nabi Musa As. (baca : Bani Israil), pada suatu hari ketika
mereka mandi bersama-sama di sungai,
Nabi Musa As. memilih tempat yang
tersembunyi dan jauh dari kaumnya, karena malu auratnya terlihat (walaupun
sesama laki-laki). Tindakan Nabi Musa As. seperti ini menjadi bahan omongan
kaumnya, sampai-sampai mereka mengatakan
bahwa tubuh Nabi Musa As. pasti terdapat penyakit kusta ataupun penyakit kulit
yang berbahaya. Pada satu hari Nabi Musa
As. mandi di tempat tersembunyi dengan melepaskan pakaiannya. Beliau meletakkan
pakaiannya di atas batu, bisa jadi ini adalah kehendak Allah untuk membuktikan
bahwa Nabi Allah adalah makhluk yang sempurna dari segi akhlak dan rupa. Bani
Israil memang umat pembangkang, Nabi mereka pun diperolok-olokan. Karena ingin
membuktikan penyakit kusta yang ada di tubuh Nabi Musa As. akhirnya mereka
menyimpan pakaian Nabi Musa As. di tempat lain. Setelah selesai mandi dan ingin
mengenakan pakaiannya, Nabi Musa As. sangat terkejut karena baju yang
diletakkannya di atas batu hilang. Ketika berdiri, seluruh umatnya melihat
tubuh Nabi Musa As. yang mulus, tidak ditemukannya cacat ataupun penyakit kulit
yang menjijikkan. Kulit Nabi Musa As. bersih dari kotoran dan penyakit. Karena
sangat malu akhirnya Nabi Musa As. berbicara pada batu:" Hai batu,
berikanlah pakaianku!" singkat cerita Nabi Musa As. mendekati batu dan
memukulnya beberapa kali untuk mendapatkan mukjizat dari Allah, dan akhirnya
batu tersebut membawa baju Nabi Musa As. tersebut.[1]
[1] ibid.., vol. I, hadis ke-278, hal. 457, Lihat juga
an-Naway, op.cit., vol.II, hadis ke-339, hal. 227-228
Labels
Tafsir Al-Wasatiyyah
Post A Comment
Tidak ada komentar :