Solusi Penyakit Krisis Malu
Permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakat kita memang sangat pelik. Untuk menciptakan lingkungan yang baik dibutuhkan kerja sama yang baik antara seluruh elemen masyarakat. Mengatasi masalah krisis malu ini bisa kita terapkan dari elemen terkecil yaitu, keluarga kemudian masyarakat dan negara.
Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan yang terkecil yang sangat mudah diatur dari pada yang lainnya. Walaupun demikian dari lingkungan yang terkecil ini justru akan membuahkan hasil yang sangat besar dalam lingkungan masyarakat dan negara. Orang tua berperan penting membentuk kepribadian anak. Ayah dan ibu hendaknya bekerja sama memperhatikan perkembangan dan kebutuhan anak. Dalam lingkungan keluarga sebaiknya orang tua mengajarkan sifat malu dan tata krama yang baik kepada anak, seperti tidak memperlihatkan aurat di depan orang banyak, tidak membiarkan anak-anak menonton tayangan TV sendiri, dengan kata lain orang tualah yang memilih tayangan yang pantas untuk anaknya, mengingatkan anak bila melakukan tindakan-tindakan yang melanggar sopan santun dan tata krama. Orang tua hendaknya paham fungsi mereka masing-masing dan sadar akan tanggung jawab mereka yaitu mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Karena anak adalah tanggung jawab mereka yang akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah Swt. di hari kiamat kelak. Di dalam hadis disebutkan :
"Masing-masing kamu adalah pemimpin yang akan diminta pertanggungjawabannya, Bapak adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan diminta pertanggungjawabannya, dan Ibu adalah pemimpin bagi anak-anaknya, yang pasti akan diminta pertanggung jawabannya pula
(di hari Akhir)..."[1]
Lingkungan Masyarakat
Masyarakat hendaknya juga berperan aktif untuk merealisasikan sifat malu dalam lingkungannya. Karena bila masyarakat diam terhadap kejahatan yang telah terjadi di lingkungannya maka seluruh masyarakat akan merasakan akibatnya nanti. Sebagai contoh bila terdapat kejelekan ataupun aib di dalam masyarakat hendaknya dimusyawarahkan bersama dan diberikan solusi terhadap permasalah tersebut dengan bijak. Contoh adanya tempat-tempat maksiat (bar) yang meresahkan masyarakat, hendaknya diberantas bersama-sama, bila terjadi perbuatan zina di dalam masyarakat hendaknya ketua RT/RW tidak tinggal diam, antara sesama anggota masyarakat saling mengingatkan pada kebaikkan, bukan malah memojokkan orang-orang yang membela kebenaran!. Tahukah kita bila kita melakukan perbuatan maksiat dan diikuti orang lain, maka kita juga akan dikenakan dosa orang yang meniru perbuatan kita tersebut.
"Siapa yang melakukan perbuatan baik, maka dia akan mendapatkan pahala, apabila ada orang yang mengikuti perbuatan baiknya, maka dia akan mendapatkan pahal juga tanpa mengurangi pahala orang yang melakukannya perbuatan baik tersebut. Dan siapa yang melakukan kejahatan maka dia akan mendapatkan dosa, apabila ada orang lain yang mengikuti perbuatan buruknya, maka dia pun akan menanggung dosa orang tersebut tanpa berkurang sedikitpun".
Lingkungan Negara
Negara yang bermoral adalah negara yang mengindahkan nilai-nilai kesopanan dan peduli terhadap permasalahan yang sedang terjadi di tengah-tengah masyarakatnya. Tindakan–tindakan asusila dan kejahatan yang sedang dilanda negri ini hendaknya cepat diatasi secara serius dan tegas. Salah satu caranya adalah dengan melaksanakan Undang-Undang Pornografi, menegakkan hukum serta sanksi-sanki yang disepakati, memperhatikan lembaga-lembaga sensor film dan memberikan penyuluhan-penyuluhan ataupun himbauan kepada masyarakat tentang pentingnya menjadi warga negara yang bermoral dan bermartabat. Karena apabila masyarakat negara kita bersatu untuk menuju pada kebaikan, maka seluruh persoalan negri ini akan cepat diatasi. Semua masyarakat sepakat menjadikan Indonesia negara yang bermoral, berpendidikan dan bermartabat, sehingga terciptalah masyarakat madani yang disebutkan di dalam al-Quran. Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafûr
و ضرب الله مثلا قرية كانت امنة مطمئمة يأتيها رزقها رغدا من كل مكان , فكفرت بأنعم الله فأذاقها لباس الجوع و الخوف بما كانوا يصنعون[2]
"Allah memberikan perumpamaan negeri yang damai dan tentram akan diberikannya berupa rezeki yang banyak dimana saja, apabila penduduk negri kufur terhadap nikamat Allah, maka akan Allah timpakan kepada mereka berupa kelaparan dan ketakutan yang disebabkan perbuatan mereka sendiri."
[1] Muhammad Shâlih al-Munjid, Absyir yâ Abâ al-Banat, Dar al-Kunuz, Kairo, Mesir, 2005, hal. 7
[2] 'Aid al-Qarnî, La Tahzan, cet. V, Maktabah 'Al'abîkan, Kairo, Mesir, 2004, hal. 117
Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan yang terkecil yang sangat mudah diatur dari pada yang lainnya. Walaupun demikian dari lingkungan yang terkecil ini justru akan membuahkan hasil yang sangat besar dalam lingkungan masyarakat dan negara. Orang tua berperan penting membentuk kepribadian anak. Ayah dan ibu hendaknya bekerja sama memperhatikan perkembangan dan kebutuhan anak. Dalam lingkungan keluarga sebaiknya orang tua mengajarkan sifat malu dan tata krama yang baik kepada anak, seperti tidak memperlihatkan aurat di depan orang banyak, tidak membiarkan anak-anak menonton tayangan TV sendiri, dengan kata lain orang tualah yang memilih tayangan yang pantas untuk anaknya, mengingatkan anak bila melakukan tindakan-tindakan yang melanggar sopan santun dan tata krama. Orang tua hendaknya paham fungsi mereka masing-masing dan sadar akan tanggung jawab mereka yaitu mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Karena anak adalah tanggung jawab mereka yang akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah Swt. di hari kiamat kelak. Di dalam hadis disebutkan :
"Masing-masing kamu adalah pemimpin yang akan diminta pertanggungjawabannya, Bapak adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan diminta pertanggungjawabannya, dan Ibu adalah pemimpin bagi anak-anaknya, yang pasti akan diminta pertanggung jawabannya pula
(di hari Akhir)..."[1]
Lingkungan Masyarakat
Masyarakat hendaknya juga berperan aktif untuk merealisasikan sifat malu dalam lingkungannya. Karena bila masyarakat diam terhadap kejahatan yang telah terjadi di lingkungannya maka seluruh masyarakat akan merasakan akibatnya nanti. Sebagai contoh bila terdapat kejelekan ataupun aib di dalam masyarakat hendaknya dimusyawarahkan bersama dan diberikan solusi terhadap permasalah tersebut dengan bijak. Contoh adanya tempat-tempat maksiat (bar) yang meresahkan masyarakat, hendaknya diberantas bersama-sama, bila terjadi perbuatan zina di dalam masyarakat hendaknya ketua RT/RW tidak tinggal diam, antara sesama anggota masyarakat saling mengingatkan pada kebaikkan, bukan malah memojokkan orang-orang yang membela kebenaran!. Tahukah kita bila kita melakukan perbuatan maksiat dan diikuti orang lain, maka kita juga akan dikenakan dosa orang yang meniru perbuatan kita tersebut.
"Siapa yang melakukan perbuatan baik, maka dia akan mendapatkan pahala, apabila ada orang yang mengikuti perbuatan baiknya, maka dia akan mendapatkan pahal juga tanpa mengurangi pahala orang yang melakukannya perbuatan baik tersebut. Dan siapa yang melakukan kejahatan maka dia akan mendapatkan dosa, apabila ada orang lain yang mengikuti perbuatan buruknya, maka dia pun akan menanggung dosa orang tersebut tanpa berkurang sedikitpun".
Lingkungan Negara
Negara yang bermoral adalah negara yang mengindahkan nilai-nilai kesopanan dan peduli terhadap permasalahan yang sedang terjadi di tengah-tengah masyarakatnya. Tindakan–tindakan asusila dan kejahatan yang sedang dilanda negri ini hendaknya cepat diatasi secara serius dan tegas. Salah satu caranya adalah dengan melaksanakan Undang-Undang Pornografi, menegakkan hukum serta sanksi-sanki yang disepakati, memperhatikan lembaga-lembaga sensor film dan memberikan penyuluhan-penyuluhan ataupun himbauan kepada masyarakat tentang pentingnya menjadi warga negara yang bermoral dan bermartabat. Karena apabila masyarakat negara kita bersatu untuk menuju pada kebaikan, maka seluruh persoalan negri ini akan cepat diatasi. Semua masyarakat sepakat menjadikan Indonesia negara yang bermoral, berpendidikan dan bermartabat, sehingga terciptalah masyarakat madani yang disebutkan di dalam al-Quran. Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafûr
و ضرب الله مثلا قرية كانت امنة مطمئمة يأتيها رزقها رغدا من كل مكان , فكفرت بأنعم الله فأذاقها لباس الجوع و الخوف بما كانوا يصنعون[2]
"Allah memberikan perumpamaan negeri yang damai dan tentram akan diberikannya berupa rezeki yang banyak dimana saja, apabila penduduk negri kufur terhadap nikamat Allah, maka akan Allah timpakan kepada mereka berupa kelaparan dan ketakutan yang disebabkan perbuatan mereka sendiri."
[1] Muhammad Shâlih al-Munjid, Absyir yâ Abâ al-Banat, Dar al-Kunuz, Kairo, Mesir, 2005, hal. 7
[2] 'Aid al-Qarnî, La Tahzan, cet. V, Maktabah 'Al'abîkan, Kairo, Mesir, 2004, hal. 117
Labels
Tafsir Al-Wasatiyyah
Post A Comment
Tidak ada komentar :