PCIM News

[Kabar PCIM][list]

Kabar Persyarikatan

[Muhammadiyah][twocolumns]

Hukum-Hukum yang Berkaitan dengan Haid



1.      Mandi wajib setelah berhenti darah haid.[1]
-    Firman Allah Swt.:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُواْ النِّسَاء فِي الْمَحِيضِ وَلاَ تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىَ يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri” (QS. al-Baqarah: 222).
-    Sabda Rasulullah Saw. kepada Fatimah binti Hubaisy: “Jika datang haid tinggalkanlah salat. Jika telah selesai (haid), mandi dan salatlah“ (HR. Jamaah kecuali Ibnu Majah). [2]
2.                  Balig. Haid merupakan salah tanda wanita sudah balig. Dengan itu, wanita wajib menjalankan segala perintah agama, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.: ”Allah tidak akan menerima salat wanita yang telah haid kecuali dengan memakai tutup kepala” (HR. Ahmad).[3]
 
Wajhu al-Dilâlah
Perintah memakai tutup kepala menunjukan bahwa wanita tersebut telah balig. Jadi, wanita yang telah mengalami haid dianggap telah balig.
3.                  Sebagai tanda bersihnya rahim wanita yang sedang idah.[4]
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam  pembukaan, haid datang karena tidak terjadi pertemuan antara ovum dan sperma. Jadi, haid merupakan tanda bahwa rahim wanita bersih; tidak terdapat sperma yang membuahi ovum.   
Menurut Hanafiyah dan Hanabilah, masa idah bisa dihitung dengan haid. Dengan alasan, lafal qurû’ yang terdapat dalam al-Qur’an berarti haid. Dengan itu, idah wanita yang ditalak dalam keadaan hamil, habis dengan berakhirnya haid yang ketiga. Haid yang dialami seorang wanita ketika ditalak tidak dihitung sebagai bilangan idah.
Sedang menurut Malikiyah dan Syafiiyah, lafal qurû’ berarti suci. Dengan itu, idah dihitung dengan masa suci. Akhir idah ditandai dengan datangnya haid yang ketiga. Masa suci wanita ketika ditalak dihitung juga meski hanya sebentar.[5]
  1. Wanita haid tidak sah bersuci. Karena meskipun bersuci, hadasnya tetap ada.[6]


[1] Muwaffiqu al-Din wa Syamsyu al-Din Ibnaiy Qudamah, op.  cit., hal. 349.
[2] Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, op. cit., hal. 483. lih. juga Sahih Muslim bi Syarhi al-Nawawiy, vol. II, Dâru’l Hâdîts, Kairo, cet. IV, 2001, hal. 252, Abu Daud Sulaiman Ibnu al-Asy’ats al-Sajastani al- Azdari, op. cit., hal. 147, Sunanu al-Nasâiy bi Syarhi’l Hâfizh Jalâluddin al-Suyûthiy wa Hâsyiyatu’l Imâm al-Sindiy, op. cit., hal. 199 dan Muhammad Abdurrahman Ibnu Abdurrahim al-Mubarkafuri, Tuhfatu al-Ahwadziy, bi Syarhi Jâmi’ al-Turmudziy, vol. I, Muassasah Qurthubah, Kairo cet. II, hal. 390.
[3] Prof. Dr. Wahbah al-Zuhaili, op. cit., hal. 623.
[4] Ibid., hal. 623.
[5] Ibid., hal. 623.
[6] Muwaffiqu al-Din wa Syamsyu al-Din Ibnaiy Qudamah, op. cit., hal. 348.
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

Tidak ada komentar :


Majelis dan Lembaga

[Seluruh Artikel][grids]

Kajian MCIS

[Kajian Utama][bsummary]

Majalah Sinar Mesir

[Seluruh Artikel][threecolumns]

Shaffatul 'Aisyiyah

[Shaffatul 'Aisyiyah][list]