Kebutuhan Muhammadiyah Terhadap Ulama; Usaha dan Solusi (3-habis)
Usaha dan Solusi
Saat ini
Muhammadiyah semakin menyebar dan berkembang, bukan saja di perkotaan, tetapi
juga sampai ke pelosok pedesaan. Untuk itu, tersebarnya gerakan dakwah
Muhammadiyah harus diikuti oleh penyebaran kader, da’i dan ulama Muhammadiyah. Untuk mengantisipasi kekurangan kader da’i dan ulama
ini, menurut Prof. Syamsul Anwar, Muhammadiyah perlu menggunakan dan
memperkuat dua langkah, yaitu langkah struktural dan pendidikan. Pertama, langkah
struktural. Yaitu dengan memasukkan orang-orang berpotensi ke dalam struktur
Muhammadiyah. Di majelis tarjih sendiri, menurut beliau terdapat empat ring:
1. Umur 80 Tahun ke atas.
2. Generasi 60-70
3. Generasi 40-50
4. Generasi 20-40
Jadi anggota Majelis Tarjih ada yang masih muda, namun
juga ada yang sudah senior. Ini merupakan upaya Majelis Tarjih dalam rangka
kaderisasi ulama.
Kedua, jalur pendidikan.
Sebagai contoh, Muhammadiyah banyak mendirikan sekolah kader ulama seperti PUTM
(Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah) dan pondok pesantren Muhammadiyah. Jika
dilihat dari fungsinya, anggota PCIM Mesir sedikit banyak juga masuk ke dalam langkah ini, karena mayoritas kadernya menjalani
kuliah agama di Universitas al-Azhar.
Meski Muhammadiyah sudah mempunyai sekolah kader
ulama, akan tetapi peminat dan sekolahnya masih sedikit, jika dibandingkan dengan keperluan kader da’i yang ada.
Perlu adanya gerakan untuk
mengajak kader Muhammadiyah bersekolah di ponpes dan sekolah kader ulama lainnya.
Bahkan jika memungkinkan, perlu adanya anjuran dari Majelis Tarjih atau mungkin PP
Muhammadiyah mengenai hal ini.
Mang Cecep mengungkapkan bahwa peran lembaga-lembaga
pencetak kader ulama ini amat sangat
signifikan, setidaknya untuk memenuhi kader da’i dan ulama Muhammadiyah di berbagai
pelosok nusantara. Tentunya pengelolaan lembaga-lembaga ini harus ditingkatkan,
sehingga dapat menghasilkan ulama-ulama muda Muhammadiyah yang benar-benar
memiliki wawasan keislaman yang mendalam, paham
problematika kekinian dan loyal pada cita-cita Muhammadiyah. Salah satu yang
perlu ditingkatkan dari lembaga-lembaga
tersebut adalah sisi kurikulum, baik substansi materi keislaman maupun kemampuan
penguasaan bahasa asing. Selain
itu, mereka harus diarahkan supaya memiliki jaringan yang kuat, baik di
lingkungan persyarikatan maupun di luar persyarikatan.
Madrasah Mu’allimin
Muhammadiyah
Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah adalah salah satu Pondok
Pesantren milik Muhammadiyah yang mana jalur koordinasinya -hingga saat ini- masih
di bawah Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam hal ini, peranan dan visi-misinya
telah menyumbang dalam hal pengkaderan ulama di kalangan Muhammadiyah, yaitu
dengan menyelenggarakan pendidikan tentang dasar-dasar Islam, umum, dan bahasa.
Sebagaimana disampaikan oleh Pak Asep Shalahuddin, selaku Direktur Madrasah
Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Pak Asep
menambahkan, bahwa untuk memenuhi kebutuhan ulama Muhammadiyah ini, harapannya
PP Muhammadiyah melalui Muktamar Muhammadiyah yang akan diselenggarakan di
Makassar, akan mengakomodir usulan mengenai pembentukan satu lembaga atau majelis
yang konsen dalam perihal pondok pesantren atau pendidikan ulama yang ada di
Muhammadiyah. Seperti halnya Majelis Dikdasmen yang fokus dan maksimal
mengurusi perihal pendidikan sekolah menengah, kejuruan dan perguruan tinggi. Harapannya,
lembaga atau majelis ini dapat fokus dan maksimal dalam menangani pondok
pesantren atau sekolah kader ulama Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Beliau
menambahkan, ide dan gagasan ini sebenarnya sudah ada sejak lama, sehingga diharapkan bisa terealisasikan pada muktamar nanti.
Sedangkan
salah satu solusi yang ditawarkan Ustadz Fahmi adalah revitalisasi PUTM, dari segi kurikulum, SDM, dana, pelatihan, workshop
dan tabligh ke tengah masyarakat. Perlu dibentuk Majelis pengkaderan ulama dan
kepesantrenan, dalam
struktur pusat sampai wilayah. Pengiriman santri-santri terbaik ke pusat-pusat
studi Islam unggulan di Cairo, Tunis, Makkah, Madinah, dan sebagainya. Begitu juga dengan sponsor tesis dan disertasi kader
Muhammadiyah di bidang
ilmu syariat. Ditambah dengan mengadakan
pertemuan silaturahim berkala antar ulama Muhammadiyah, dan pemetaan potensi
kepakaran di bidang hadis, tafsir, akidah, filsafat Islam, sejarah Islam, fikih,
ushul fikih, qiraat, dan lain-lain.
Mang Cecep juga menyampaikan hal serupa, dinilai ada
krisis atau tidak, pembinaan kader ulama di Muhammadiyah perlu terus
ditingkatkan. Harus ada warna lain yang bisa diberikan
kader-kader ulama Muhammadiyah, sehingga mampu menghadapi tantangan zaman.
Salah satu solusinya adalah perlunya penguatan pesantren dan PUTM. Jika
memungkinkan, kita harus menyekolahkan
kader terbaik persyarikatan,
untuk dibina di lembaga-lembaga terbaik, termasuk Universitas al-Azhar.
Pada akhirnya, mari
kita selalu berusaha, berharap, serta berdoa agar persyarikatan kita tercinta
dapat menebar sinarnya hingga
ke pelosok nusantara, yang dibarengi
dengan adanya kader da’i dan ulama yang memadai dan mumpuni. Sesungguhnya amal
itu tergantung pada niatnya, dan semoga niat kita untuk menyinari bumi pertiwi
dengan sinar Islam ini, akan dibalas dengan sinar rahmat dari Allah Swt. di akhirat kelak. Amin Ya Rabbal ‘Alamin. Wallahu a’lam []
----------------------------------
Pcim Mesir menerima zakat, infaq, sadaqah. Uang ini akan dipergunakan untuk kepentingan dakwah Pcim Mesir dan dapat disalurkan ke:
No rek. 3660009009 a/n PCIM Mesir, Bank Syariah Mandiri, Jl. Gedong Kuning Selatan, No. 5, Yogyakarta.
Konfirmasi via facebook : https://www.facebook.com/pcim.mesir
Dan semoga amal ini bisa menjadikan kita menerima buku amalan perbuatan dengan tangan kanan diakhirat kelak. Alamat Pcim Mesir: Building 113/2, 10th district, Nasr city, Cairo, Egypt.
Post A Comment
Tidak ada komentar :