Ilmu dan Ulama; Cara Ulama Salaf Menuntut Ilmu (2)
Bagaiamana cara menuntut ilmu yang diajarkan para ulama salaf?
Imam Syafi’i mengatakan, bahwa ada enam hal yang harus dimiliki oleh para pencari ilmu, yaitu: Kecerdasan, Kerakusan dalam menuntut ilmu, Kesungguhan, Bekal (harta), Bimbingan guru, dan Waktu yang panjang.
1) Kecerdasan
Semua hamba yang mempunyai akal pasti mempunyai kecerdasan, dan kecerdasan masing-masing manusia tentunya berbeda-beda. Tapi yang perlu menjadi perhatian adalah, bahwa kecerdasan disini hanyalah sarana (alat) dan bukan tujuan. Sebagai hamba, kewajiban kita adalah berusaha keras untuk mencari ilmu, bukan untuk menjadi orang yang pintar. Sebagaimana Allah memerintahkan kepada kita “Bacalah!”, dan tidak mewajibkan kita untuk “Pintarlah!”. Pintar adalah hasil yang dikaruniakan oleh Allah untuk kita yang salah satunya lewat sarana kecerdasan. Sedangkan kewajiban kita adalah memanfaatkan kecerdasan itu, semaksimal kita.
2) Kerakusan dalam menuntut ilmu
Kerakusan disini memiliki makna istikamah atau berterus-terusan dalam menuntut ilmu. Dalam perihal membaca kitabnya, menghafalnya, mempelajarinya, menuntut ilmu, dan sebagainya. Sebagai contoh, Imam Bukhari ketika ditanya tentang kekuatan hafalannya, beliau menjawab bahwa hal itu dikarenakan seringnya beliau dalam membaca dan murâjaah kitab.
3) Kesungguhan para ulama
Dalam perihal kesungguhan dalam menuntut ilmu, Syekh Ali Jum’ah bercerita bahwa Imam Nawawi pengarang kitab Arba’în al-Nawawiyah, Syarah Shahih Muslim, al-Majmu’, Raudhah al-Thâlibin, dan lainnya. Setiap hari beliau belajar 12 jenis ilmu. Imam Nawawi juga sangat jarang sekali tidur dengan sisi tubuhnya, beliau tidur dalam keadaan duduk selama dua tahun. Bahkan karena kesungguhan dan pemanfaatan waktunya untuk belajar, dalam perkara makan pun beliau disuapi oleh ibunya. Karena kecintaanya pada ilmu juga, imam Nawawi sampai tidak menikah. Beliau sangat kurus, hingga pernah ada yang tidak yakin bahwa beliau adalah imam Nawawi, karena dia fikir sang imam pastilah berbadan subur dan besar.
Contoh lainnya, dalam buku Shafahât min Sabri al-Ulama, Abdul Fatah Abu Ghudah menceritakan tentang kesabaran dan juhud para ulama dalam menuntut ilmu. Beberapa contohnya adalah Sa’id bin Musayyab yang pernah melakukan perjalanan berhari-hari demi mendapat satu hadis saja.
Ibnu Muqri’ bin Ali juga pernah menceritakan bahwa dirinya, al-Tabrani dan Abu Hayyan pernah menuntut ilmu di Madinah. Waktu itu mereka kehabisan bekal sehingga mereka akhirnya berpuasa wishâl (puasa setiap hari, tanpa jeda). Ketika datang waktu isya’, Ibnu Muqri’ mengaduh karena lapar yang sangat, sembari menyebut nama Rasulullah Saw. Al-Thabrani berkata: “Duduklah, karena pilihannya hanya dua, jika tidak datang rizki maka akan datang kematian! Kemudian Ibnu Muqri’ dan Ibnu Hayyan memutuskan untuk mendirikan salat. Tiba-tiba datang seseorang bersama dua anak kecil membawa keranjang makanan dan berkata: “Kalian mengadu kepada Rasulullah, dan Rasulullah datang ke dalam mimpiku agar membawakan sesuatu untuk kalian”.Penulis: Alda K Yudha. Wakil Ketua PCIM Mesir
----------------------------------
Pcim Mesir menerima zakat, infaq, sadaqah. Uang ini akan dipergunakan untuk kepentingan dakwah Pcim Mesir dan dapat disalurkan ke:
No rek. 3660009009 a/n PCIM Mesir, Bank Syariah Mandiri, Jl. Gedong Kuning Selatan, No. 5, Yogyakarta.
Konfirmasi via facebook : https://www.facebook.com/pcim.mesir
Dan semoga amal ini bisa menjadikan kita menerima buku amalan perbuatan dengan tangan kanan diakhirat kelak. Alamat Pcim Mesir: Building 113/2, 10th district, Nasr city, Cairo, Egypt.
Post A Comment
Tidak ada komentar :