Kebutuhan Muhammadiyah Terhadap Ulama: Krisis Ulama (2)
Krisis Ulama di Tubuh Muhammadiyah
Menurut Prof. Yunahar Ilyas, krisis Ulama di Muhammadiyah sudah mulai dirasakan sejak
Muktamar Muhammadiyah di Surakarta tahun 1985. Penyebabnya bisa jadi dua hal; Pertama,
Standar ulama di Muhammadiyah terlalu tinggi, sehingga tidak banyak yang
bisa masuk kategori ini. Kedua, kultur
bahwa ulama itu harus bergelar kiai atau memakai simbol-simbol ulama seperti serban,
peci putih, jubbah, dan sebagainya. Padahal
kultur itu relatif tidak ada di Muhammadiyah. Tetapi harus diakui, sejak dulu,
sarjana yang menguasai ilmu syariah di Muhammadiyah lebih sedikit dibandingkan
sarjana yang menguasai ilmu kauniyah (alam).
Begitu
pula dengan penuturan Ustadz Fahmi
Salim, sejak dasawarsa 70-80an kemudian era 90an,
Muhammadiyah menggenjot kualitas pendidikan umum untuk memajukan persyarikatan, karena dirasakan bahwa stok ulama Muhammadiyah
masih cukup banyak. Tampaknya kondisi sekarang sudah tidak seimbang lagi.
Sarjana umum sudah surplus, sementara stok ulama menipis. Maka
wajar, jika dalam Muktamar Muhammadiyah tahun ini
mencuat kebutuhan untuk mengembalikan equilibrium SDM agama dan umum
seperti di awal 90an.
Melanjutkan
apa yang disampaikan Prof. Yunahar
Ilyas terkait ulama Muhammadiyah yang ideal, menurut Ust. Fahmi, Ulama Muhammadiyah yang ideal itu mereka yang memenuhi kriteria berikut:
a.
Menguasai ilmu-ilmu syariah
b. Khasyatullah
(takut kepada Allah)
c. Aktif
membimbing dan memperjuangkan kepentingan umat
d. Aktif
di Persyarikatan Muhammadiyah
Adapun Pak Asep, beliau menjelaskan
bahwa ulama Muhammadiyah yang ideal adalah ulama yang mampu membaca kitab
kuning dan kitab putih. Hal ini juga diamini oleh Prof. Syamsul Anwar yang merupakan ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah.
Yang dimaksud dengan kitab putih adalah buku-buku yang berkaitan dengan ilmu alam. Artinya, ulama Muhammadiyah itu seyogyanya tidak hanya
berbicara tentang fikih, ushul fikih, tafsir, dan hadis, tetapi juga berbicara tentang sosiologi, politik dan sebagainya.
Terkait figur ulama Muhammadiyah ini, Ustadz Fahmi Salim mengatakan bahwa kita merindukan figur
ulama seperti Kiai Dahlan, Kiai Mas Mansur, Buya Hamka, Kiai AR Fachrudin, Kiai Azhar Basyir, dan profil-profil lainnya, yang mumpuni dan disegani di kancah nasional maupun internasional. Karakter ilmu dan integritas moral
keulamaan mereka lah yang dibutuhkan untuk memajukan dan menjunjung martabat Muhammadiyah di masa depan, tentunya dengan sentuhan medan jihad yang lebih modern dan
menantang. Di
samping itu, Muhammadiyah merupakan
gerakan Islam dengan jargon kembali kepada al-Quran dan sunah, dan itu hanya bisa digawangi oleh para
ulama yang mengerti al-Quran dan sunah
dengan banyak perangkat. Jika kita krisis
ulama, lantas mau dibawa kemana jargon itu?
Sedangkan
menurut Mang Cecep, kekurangan ulama Muhammadiyah mungkin iya, tetapi
tidak sampai pada level krisis. Hanya saja, saat ini kebutuhan persyarikatan akan
ulama atau fakih pasti jauh lebih meningkat, terutama ulama karismatik yang
memiliki kedalaman ilmu syariat, memahami dan menghargai paham fikih
Muhammadiyah, dan
memiliki pemahaman yang baik pada persoalan-persoalan sosial yang terjadi di
lingkungannya.
Realita kekurangan ulama di kalangan Muhammadiyah mau
tidak mau berimbas terhadap kurangnya pembinaan anggota Muhammadiyah, terlebih pada tingkat ranting. Mengutip salah satu tulisan
Ust. Wahyudi Abdurrahim yang juga merupakan mantan ketua PCIM Mesir, beliau
menyebutkan bahwa salah satu alasan kosongnya pengajian di tingkat ranting, bukanlah karena tidak ada jamaah,
melainkan karena tidak adanya ustadz/da’i pengampu. Jika ustadz/da’i pengampu
saja tidak ada, maka bisa dipastikan alim ulama juga tidak ada.
Dari apa yang disampaikan di atas, meskipun pahit, bisa dikatakan bahwa sejatinya
Muhamadiyah tidak hanya krisis ulama, namun juga krisis da'i. Hal ini tentu
sangat memprihatinkan sekali. Bagaimana tidak? Muhammadiyah adalah gerakan
dakwah Islam amar ma’ruf-nahi munkar,
dengan gaung motto kembali kepada al-Quran dan sunah. Jangan dulu berbicara pada level
kembali kepada alquran dan sunah, atau amar ma’ruf nahi mungkar yang
jelas-jelas membutuhkan praktek lapangan dengan ulama yang sangat mumpuni. Bicara dakwah Islamnya saja, Muhammadiyah masih kekurang da’i. Meskipun begitu,
memang harus diakui kurangnya da’i ini sebenarnya juga dikarenakan ladang dakwah
Muhammadiyah dan jumlah
jamaahnya yang begitu banyak. Kurang lebih 50 juta orang, dan akan terus bertambah. Hal ini tentu sangat
membanggakan, tapi sekaligus mengkhawatirkan. Mengkhawatirkan jika
Muhammadiyah sendiri sampai tidak bisa men-supply kader ulama atau
bahkan da’i.
Selama ini Muhammadiyah terlalu fokus pada sekolah dan
perguruan tinggi, namun belum mengimbangi secara maksimal dengan di-genjot-nya pendidikan keagamaan. Banyaknya sekolah dan
universitas Muhammadiyah, ternyata belum berbanding lurus dengan kaderisasi da’i
yang bisa membimbing umat. Jangankan pengiriman da’i ke daerah terpencil, di
perkotaan saja mencari da’i Muhammadiyah sudah
sangat sulit.
Muhamamdiyah sudah waktunya secara masif bergerak
menanggulangi krisis da’i dan memperbanyak ulama. Jika tidak, ruh Muhammadiyah
di berbagai cabang, ranting, serta Amal Usaha Muhammadiyah bisa sirna, karena bisa ‘diambil alih’ oleh kader non-Muhammadiyah,
disebabkan kader Muhammadiyah sendiri tidak ada atau tidak mampu mengelola. Pelan-pelan,
sadar atau tidak, ruh Muhammadiyah akan terlepas. Tubuhnya bisa jadi
Muhammadiyah, tapi ruhnya
bisa jadi telah pudar. Lalu nanti siapa yang
akan merugi, jika bukan kita sendiri dan persyarikatan?
----------------------------------
Pcim Mesir menerima zakat, infaq, sadaqah. Uang ini akan dipergunakan untuk kepentingan dakwah Pcim Mesir dan dapat disalurkan ke:
No rek. 3660009009 a/n PCIM Mesir, Bank Syariah Mandiri, Jl. Gedong Kuning Selatan, No. 5, Yogyakarta.
Konfirmasi via facebook : https://www.facebook.com/pcim.mesir
Dan semoga amal ini bisa menjadikan kita menerima buku amalan perbuatan dengan tangan kanan diakhirat kelak. Alamat Pcim Mesir: Building 113/2, 10th district, Nasr city, Cairo, Egypt.
Post A Comment
Tidak ada komentar :