PCIM News

[Kabar PCIM][list]

Kabar Persyarikatan

[Muhammadiyah][twocolumns]

Tasawuf dalam Islam; Mendekati Tuhan dengan Cinta (4-Habis)

Meniti Jalan Kembali dalam Dekapan Cinta Ilahi
Ada sebuah canda dari Plato yang menarik untuk direnungkan, dia berkata ”Seandainya kuda bisa menggambar Tuhan, maka Tuhan akan digambarkan bagaikan kuda”. Begitulah sejatinya manusia, sadar ataupun tidak seringkali mempersepsikan Tuhan sebagaimana bentukan cara berpikir dan pemahaman, serta pengalaman alam bawah sadar yang dia miliki. Hal ini memungkinkan perbedaan persepsi tentang Tuhan, antara satu orang dan lainnya. Meski sangat bisa jadi, objek Tuhan yang dimaksud adalah sama.
Bagi kalangan ahli hukum, Tuhan lebih dipersepsikan sebagai Sang Hakim yang akan menetapkan keputusan benar-salah, juga surga-neraka. Bagi yang sibuk mempelajari teologi dan filsafat, persepsi dan tema dominan tentang Tuhan adalah sebagai Sang Pencipta dan wujud absolut yang merupakan sumber dan penyebab dari semua yang ada di alam semesta.
Begitu pula dengan paham yang berkembang dalam psikologi tasawuf untuk ber-taqarrub kepada Tuhan, para sufi lebih senang menatap Tuhan sebagai Yang Maha Kasih. Cinta merupakan jalan pendekatan kepada Tuhan yang paling disenangi oleh para sufi. Banyak puisi-puisi cinta yang menggelorakan rasa cintanya pada Tuhan, yang tentunya sebagian puisi cinta tersebut dianggap menyimpang menurut perspektif ahli fikih. Karena mereka berpegang pada ketentuan hukum yang jelas dan lugas rumusannya, sementara ulama sufi menggunakan bahasa rasa dan simbol-simbol.
Dalam sebuah kesempatan ketika memberikan kuliah, Annemary Schimmel bertanya pada mahasiswanya perihal agama apa yang dianut mahasiswa tersebut, jawaban mahasiswa tersebut sungguh mengejutkan, dia mengatakan bahwa agamanya adalah agama Rumi. Tentunya yang dimaksud ialah Maulana Jalaluddin Rumi, seorang sufi besar dengan karya monumentalnya Matsnawi.
Yang kemudian menarik untuk dicermati adalah bahwa mahasiswa tersebut dengan bangga mengatakan bahwa agamanya adalah agamanya Rumi, tanpa tahu bahwa Rumi adalah seorang muslim. Nuansa cinta dalam beragama yang ditonjolkan Rumi dalam puisi-puisi ketuhanannya, menembus segala sekat yang ada.
Inilah sejatinya poin penting dari sebuah ajaran tasawuf dan Islam secara umum. Sebuah nilai universal dengan balutan nuansa cinta dan kasih sayang, yang mengajarkan sebuah hubungan vertikal yang harmonis antara manusia dengan Tuhannya, juga hubungan horisontal manusia dengan sesamanya. Sehingga akan muncul manusia-manusia yang saling menyayangi dan mengasihi dengan spirit nilai ketuhanan.
Bahkan Tuhan sendiri lebih sering memperkenalkan diri-Nya pada manusia dengan Rahman dan Rahim-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan sendiri lebih senang memakai nilai-nilai jamâl (keindahan) dalam berinteraksi dengan makhluk-Nya, tanpa mengesampingkan nilai-nilai jalal (keagungan) yang ada.
Wallahu Ta’ala A’la wa A’lam. []

Penulis: Fahrudin al-Brengkowi

----------------------------------
Pcim Mesir menerima zakat, infaq, sadaqah. Uang ini akan dipergunakan untuk kepentingan dakwah Pcim Mesir dan dapat disalurkan ke:
No rek. 3660009009 a/n PCIM Mesir, Bank Syariah Mandiri, Jl. Gedong Kuning Selatan, No. 5, Yogyakarta.
Konfirmasi via facebook : https://www.facebook.com/pcim.mesir
Dan semoga amal ini bisa menjadikan kita menerima buku amalan perbuatan dengan tangan kanan diakhirat kelak. Alamat Pcim Mesir: Building 113/2, 10th district, Nasr city, Cairo, Egypt.
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

Tidak ada komentar :


Majelis dan Lembaga

[Seluruh Artikel][grids]

Kajian MCIS

[Kajian Utama][bsummary]

Majalah Sinar Mesir

[Seluruh Artikel][threecolumns]

Shaffatul 'Aisyiyah

[Shaffatul 'Aisyiyah][list]