Yuk Mengenal Sistim Kalender Mesir Kuno
Penanggalan Mesir kuno, berikutnya dikenal dengan penanggalan Qibthî, menggunakan
sistem matahari (syamsî) dengan panjang masa satu tahun =
365 hari, yang berarti kurang 0,2422
hari dari tahun matahari sesungguhnya. Kalender ini tidak berpatokan pada
fenomena alami matahari, namun berpedoman pada salah satu bintang bersinar yang
sangat dikenal di langit Mesir pada malam-malam bulan musim panas (bulan
Juli-Agustus) yaitu bintang Sirius (najm as syi'râ al yamânî). Munculnya bintang ini secara bersamaan bertepatan
dengan datangnya banjir sungai Nil hingga mencapai puncak Delta. Dengan
terbanjirinya lahan-lahan bumi Mesir dengan lumpur-lumpurnya menjadikan bumi
Mesir subur.[1]
Perhatian bangsa Mesir kuno
terhadap bintang dan datangnya banjir tersebut terus mengakar, hingga menjadi
pedoman mengetahui masa tahunan, yang berikutnya menjadi penanggalan yang terus
digunakan selama berabad-abad. Masa dari munculnya bintang dan datangnya banjir
tersebut ke musim berikutnya bertepatan selama 365 hari, yang berarti kurang
0,2422 atau 1/4 hari dari masa tahun matahari sesungguhnya. Yang berarti pula,
dalam masa 4 tahun terdapat pengurangan satu hari, hal ini menjadi persoalan
teoritis dan praktik dalam kalenderisasi kalender Mesir kuno.
Bangsa Mesir kuno menetapkan masa
satu tahun 365 hari, dengan jumlah bulan sebanyak 12 bulan dengan panjang hari
seluruhnya sama yaitu 30 hari (30 x 12 = 360). Sementara sisa 5 hari
ditambahkan dipenghujung tahun, yang disebut hari interkalasi (ayyâm an nasî') yang sekaligus dijadikan sebagai hari libur akhir
tahun. Penanggalan ini telah dimulai bangsa Mesir kuno semenjak tahun 4236 SM.[2]
Persoalan diatas menyebabkan
setelah berlalunya masa selama 1460 tahun akan terjadi kesalahan selama 365
hari (± satu tahun), yaitu 1460/4 = 365 hari. Mesir kuno
menyadari adanya masa kekurangan 365 hari dalam masa 1460 tahun ini, berkaitan
dengan ini mereka namakanlah hal ini dengan siklus spedt / سبدت yaitu
periode bintang Sirius.
Sejak tahun 238 SM, Mesir kuno
mulai menggunakan aturan tahun kabisat[3], sekira
menjadikan masa satu tahun 365 1/4 hari. Dengan menjadikan tiap-tiap tahun
keempat sebagai tahun kabisat dengan jumlah hari 366. Namun penggunaan ini
tidak dipatuhi secara konsisten, dan baru terterapkan secara konsisten dimasa
sistem penanggalan Julian dan Gregorius.
Penanggalan Mesir kuno dalam
kesatuan 28 tahun akan terjadi tahun kabisat (jumlah hari satu tahunnya 366
hari, dan hari interkalasi (nasî') sebanyak 6 hari
yaitu tahun ke 3, 7, 11, 15, 19, 23, 27, sementara selainnya tetap 365 hari
dengan hari interkalasi sebanyak 5 hari.[4]
Ketika Imperium Romawi menguasai
Mesir (sekitar tahun 284 M), Mesir kuno mulai menggunakan sistem kalender
koptik (taqwîm al-qibthî)[5], yang merupakan lanjutan dari kalender Mesir kuno yang
terus digunakan dan dikenal hingga saat ini, dengan tetap berpedoman pada tahun
Matahari dengan panjang masa satu tahun 365 1/4 hari.
C. Bulan-bulan kalender Qibthy
Penamaan bulan-bulan Qibthî punya kaitan erat dengan sesembahan beserta
musim-musim, yaitu;
1)
Tût, yaitu bulan pertama,
dimulai 11 September s.d. 10 Oktober. Tût adalah nisbah
kepada tuhan ‘tahût’, yaitu tuhan yang naik kebulan setelah menghilang. Mesir kuno meyakini
bulan (qamar) sebagai penghulu waktu, penghitung masa dan pemilik
kebahagiaan.
2)
Bâbah, yaitu bulan kedua,
dimulai 11 Oktober s.d. 9 November. Bâbah adalah nisbah kepada tuhan sungai Nil.
3)
Hatûr, yaitu bulan ketiga,
dimulai 10 Nopember s.d. 9 Desember. Hatûr teradopsi dari kata ‘hâtahûr’ tuhan sesembahan
Mesir kuno, yang berarti tuhan langit.
4)
Kiyahk, yaitu bulan keempat, dimulai 10 Desember s.d. 8 Januari. Kiyahk adalah nisbah kepada salah satu hari perayaan
Mesir kuno.
5)
Thûbah, yaitu bulan kelima,
dimulai 9 Januari s.d. 7 Februari. Thûbah bermakna
Gandum, yang kemungkinan bulan ini bertepatan dengan musim panen gandum.
6)
Âmsyîr, yaitu bulan keenam,
dimulai 8 Februari s.d. 9 Maret. Âmsyîr berarti
malapetaka (bencana), yang ditandai dengan kencangnya angin bertiup dibulan
ini.
7)
Barmahât, yaitu bulan ketuju, dimulai 10
Maret s.d. 8 April. Barmahât
adalah nisbah kepada raja أمنحتب الثالث
.
8)
Barmûdah, yaitu bulan kedelapan, dimulai 9
April s.d. 8 Mei. Barmûdah berarti tuhan
pemetik hasil (panen).
9)
Basyans, yaitu bulan kesembilan, dimulai 9 Mei s.d. 7 Juni.
Basyans berarti tuhan bulan (qamar).
10)
Ba’unah, yaitu bulan kesepuluh, dimulai 8 Juni s.d. 7 Juli.
Ba’unah berasal dari bahasa Mesir
‘بي أنت’, yang dinisbahkan pada lembah raja batu.
11)
Âbîb, yaitu bulan kesebelas, dimulai 8
Juli s.d. 6 Agustus. Âbîb adalah nisbah kepada tuhan Âbîbî.
12) Misrâ, yaitu bulan
keduabelas, dimulai 7 Agustus s.d. 5 September. Misrâ merupakan penggalan dari kata (مس رع) yaitu kelahiran matahari.[6]
Selanjutnya dari penanggalan ini,
Mesir kuno membagi musim kepada tiga musim dengan tiap-tiap musim berisi empat
bulan, yaitu:
- Ekhet (musim banjir), dimulai dari bulan keenam (Âmsyîr) s.d. bulan kesepuluh (Ba’unah).
- Pret (musim benih), yaitu mulai tumbuhnya benih-benih tanaman setelah surutnya air Nil. Dimulai dari bulan kesebelas (Âbîb) s.d. bulan kedua (Bâbah).
- Shmiw (musim panen), dimulai dari bulan ketiga (Hatûr) s.d. bulan keenam (Âmsyîr).[7]
[3]
Tahun Kabisat atau tahun panjang, dalam penanggalan masehi (mîladî)
adalah tahun yang mengalami penambahan satu hari pada bulan Februari sehingga
menjadi 29 hari dalam setiap masa empat tahun. Dinamakan 'Kabisat' karena
kesesuaiannya dibagi empat dengan tanpa sisa. (Mu'jam al Wajiz, h.526)
Yang selanjutnya jumlah hari dalam satu tahunnya menjadi 366 hari. Kkebalikan
tahun Kabisat disebut Tahun Basithah atau tahun pendek, yaitu tahun yang tidak
mengalami penambahan satu hari pada bulan Februari, alias jumlah hari dalam
satu tahunnya tetap 365 hari dan jumlah hari bulan Februarinya tetap 28 hari .
[4] Abdus Sami' Salim al Harawy, al Waqt[u] wa[t] Tawqît, j.II, Silsilat[ul] 'Ilm wa[l] Hayah (60), al Hay'ah
al Mishriyyah al A'mmah li[l] Kitab, 1995, h. 92
[5]
Kata 'Qibth' atau 'Aqbâth'
pada awalnya ditujukan untuk penduduk Mesir kuno secara umum, namun ketika penduduk Mesir kuno banyak memeluk agama Masehi
(Kristen), gelar qibth atau aqbâth lama kelamaan
hanya diperuntukkan bagi yang memeluk agama Masehi (Kristen) saja. Kata
ini (baca: qibth atau aqbath) merupakan nisbah kepada kota جيط (جبيتيو) ibukota wilayah نتروى
Propinsi Sha'îd Mesir, yang
saat ini dikenal dengan nama قفط . Dalam bahasa Yunani (Greek)
kota ini (baca: (جيط (جبيتيو ) disebut كوبنوس , berikutnya
teradopsi kepada kata ‘egypt’.
(Lihat: Ibid, h. 90)
[7] Ibid, h. 102
----------------------------------
Pcim Mesir menerima zakat, infaq, sadaqah. Uang ini akan dipergunakan untuk kepentingan dakwah Pcim Mesir dan dapat disalurkan ke:
No rek. 3660009009 a/n PCIM Mesir, Bank Syariah Mandiri, Jl. Gedong Kuning Selatan, No. 5, Yogyakarta.
Konfirmasi via facebook : https://www.facebook.com/pcim.mesir
Dan semoga amal ini bisa menjadikan kita menerima buku amalan perbuatan dengan tangan kanan diakhirat kelak. Alamat Pcim Mesir: Building 113/2, 10th district, Nasr city, Cairo, Egypt.
Post A Comment
Tidak ada komentar :