Peran Wanita Dalam Kehidupan Bermasyarakat
Wanita muslimah pada awal munculnya Islam ikut terjun ke medan perang
mendampingi kaum pria, merawat pasukan pria yang terluka, membantu membalutkan
perban untuk me nghentikan darah yang mengalir, menyambungkan tulang yang patah,
memompa semangat juang pria, berpatroli di antara barisan pasukan, mempertaruhkan
nyawanya menentang kematian, merelakan dirinya dihantam anak panah atau pedang,
berjihad membela agamanya, dan berjuang untuk mengangkat kalimatullah. Mereka
banyak andil dalam perjuangan Islam. Banyak peperangan yang mana, di sana,
keikutsertaan wanita dalam membantu dan mendorong semangat para mujahid Islam
untuk menegakkan kalimatullah.
----------------------------------
Pcim Mesir menerima zakat, infaq, sadaqah. Uang ini akan dipergunakan untuk kepentingan dakwah Pcim Mesir dan dapat disalurkan ke:
No rek. 3660009009 a/n PCIM Mesir, Bank Syariah Mandiri, Jl. Gedong Kuning Selatan, No. 5, Yogyakarta.
Konfirmasi via facebook : https://www.facebook.com/pcim.mesir
Dan semoga amal ini bisa menjadikan kita menerima buku amalan perbuatan dengan tangan kanan diakhirat kelak. Alamat Pcim Mesir: Building 113/2, 10th district, Nasr city, Cairo, Egypt.
Kalau kita lebih meneliti kembali bagaimanakah peran wanita pada awal
datangnya Islam, kita akan melihat bagaimana mereka berkecimpung dalam berbagai
segi kegiatan. Seperti, ketika para sahabat hijrah pertama ke Habasyah, di sana
terdapat peran wanita yang menyertai laki-laki. Dengan jumlah sebelas laki-laki
dan empat wanita. Ada yang berjalan kaki ada yang berkendaraan, melintasi laut
tanpa ada yang mengeluh. Sebagaimana Usman bin ‘Affan mengajak anaknya Ruqayyah
binti Rasulullah, dan beliaulah yang pertama kali yang berhijrah bersama
anaknya setelah Nabi Luth As..[64] Begitu
juga peran wanita ketika Rasul saw. hijrah ke Madinah pertama kali, kita tahu
bagaimana Abu Salamah seorang wanita yang pertama kali hijrah ke sana, kemudian
‘Amir bin Rabi’ah dan anaknya Laila binti Abi Hatsmah. Dan wanita dari Bani
Jahsy Zainab binti Jahsy, Ummu Habib binti Jahsy, Ummu qays binti Muhshan, dan
Aminah binti Ruqays dan banyak lagi. Mari kita bahas bagaimana peran wanita
yang sangat besar dalam hijrah Rasul saw ke Madinah.[65]
Kita ambil contoh sederhana, Raqiqah binti Shaifi bin Hasyim adalah seorang
wanita yang sangat berjasa dalam perjalanan Rasul saw ke Madinah, beliaulah
yang memberitahukan bahwasanya orang-orang Quraiys ingin menyergap rumah Rasul
saw. Beliau berkata kepada Rasul saw. sesungguhnya orang-orang Qurays telah
berkumpul untuk mengepung rumahmu pada malam hari, maka Rasul saw. meninggalkan
tempat tidurnya lalu pergi dan Ali bin Abi Thalib yang menggantikannya tidur di
ranjang Nabi saw., Sehingga dari berita beliaulah Nabi saw. tertolong dari
malapetaka yang mengancam beliau.[66]
Sebagaimana Maria --pembantu Rasul saw.-- yang melindungi ketika beliau
memanjat tembok pada malam hari ketika beliau dikejar oleh kafir Qurays. Begitu
juga Asma’ dan ‘Aisah yang ikut andil dalam hijrah Rasul saw. ke Madinah.[67]
Begitu juga andil kaum wanita ketika
Rasul saw. mengadakan perdamaian dengan kaum Qurays pada Perang Hudaibiyah
untuk menolak orang yang datang tanpa ada izin dari walinya. Ketika kaum wanita
datang kepada Rasul saw. dan masuk Islam. Allah enggan untuk menolak mereka
disebabkan mereka sungguh-sungguh dalam hal ini. Allah tahu bahwasanya kaum
wanita datang karna kecintaan mereka terhadap Islam. Maka Rasul saw. menerima
kedatangan mereka dan menolak kaum lelaki. Kalaulah bukan Allah yang
menetapkan, maka Rasul saw. juga akan menolaknya sebagaimana beliau menolak
laki-laki.[68] betapa besar perhatian Islam kepada kaum
wanita, dan betapa indahnya hidup di naungan agama Islam jika kita mengetahui.
Selanjutnya, peran wanita dari berbagai macam aspek kegiatan yang tidak
kecil peran mereka dalam menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Seperti, peran
kaum wanita dalam Bai’at ‘Aqabah, yang mana baiat pertama kali bagi kaum wanita
pada awal tahun setelah bi’tsah, seperti Romlah binti Abi ‘Auf dan Laila
binti Abi Hatsmah dan banyak lagi.[69] Begitu
juga peran Robi’ binti Mu’awwadz dan Asma’ binti Yazid dalam Bai’at Ridhwan.[70]
Dan banyak lagi peran wanita ketika datangnya Islam yang mungkin akan
menjadi pembahasan yang sangat panjang akan tetapi penulis memberikan gambaran
global, bahwasanya Islam sangat menjaga hak kaum wanita dan memberikan
‘kebebasan’ dalam kehidupan mereka.
Sekarang kalau kita lihat kondisi sekarang ini, sah-sah saja wanita ikut
dalam dunia perpolitikan, dan turun rembuk di DPR atau MPR untuk mewakili suara
kaum wanita. Dan penulis kira Islam tidak melarang kaum wanita untuk
berkecimpung dalam hal tersebut, sebagaimana yang mereka dengung-dengungkan.
Akan tetapi, tanpa menuntut untuk persamaan dari segi kuantitasnya sebagaimana
halnya laki-laki. sebagaimana yang dituntut oleh feminisme atau gerakan yang
lainnya yang menuntut demikian. Dikarenakan perbedaan yang mendasar antara keduanya.
Dahulu, di Mesir pada tahun 1945, pada rezim Husni Az-Za’im, adalah awal
bagi kaum wanita di sana diberikan hak memilih, dan pada tahun itu juga dimulai
peletakan undang-undang pemilihan bagi kaum wanita. Dan pada tahun 1950,
undang-undang itu diresmikan. Akan tetapi, hal ini tidak berhasil dan tidak
bertahan lama, dikarenakan wanitanya tidak konsisten dengan apa yang
dituntutnya. Sebagaimana masyarakat pada waktu itu tidak menghendaki
keikutsertaan dan andil mereka dalam kancah politik.[71]
64 Asma’ Muhammad Ahmad Ziyadah, Dauratu al-Maratu
al-Siyasi, Daru al-Salam, Kairo-Mesir, Cet. 1, 2001, h. 134.
Pcim Mesir menerima zakat, infaq, sadaqah. Uang ini akan dipergunakan untuk kepentingan dakwah Pcim Mesir dan dapat disalurkan ke:
No rek. 3660009009 a/n PCIM Mesir, Bank Syariah Mandiri, Jl. Gedong Kuning Selatan, No. 5, Yogyakarta.
Konfirmasi via facebook : https://www.facebook.com/pcim.mesir
Dan semoga amal ini bisa menjadikan kita menerima buku amalan perbuatan dengan tangan kanan diakhirat kelak. Alamat Pcim Mesir: Building 113/2, 10th district, Nasr city, Cairo, Egypt.
Post A Comment
Tidak ada komentar :