Sportif ala Ulama (Edisi 1)
Oleh : Musa Al Azhar, Lc (Kader PCIM Mesir)
Semakin lama zaman bergulir semakin banyak muncul karya yang dihasilkan oleh manusia.
Hal ini menunjukkan dijalankannya misi-misi untuk menyokong visi besar memakmurkan bumi yang sudah menjadi tugas manusia.
Dalam perjalanannya pujian atas keberhasilan datang silih berganti dengan kritikan bahkan celaan atas kegagalan. Hal ini menjadi sangat biasa.
Namun ada hal yang nampaknya perlu direnungi lebih dalam. Ialah sikap ketika menerima pujian dan kritik/celaan. Bagaimana sikap positif kita sebagai manusia dan muslim secara khusus?
Apakah muslim menjadi haus pujian dan anti kritik?
Apakah dengan menyandang status muslim secara otomatis menjadi ma'shum (terjaga dari kesalahan)?
Apakah dengan dicapnya orang kafir sebagai ahli neraka secara otomatis menjadikan muslim sebagai 'yang tidak bisa dan tidak boleh salah'?
Padahal tidak ada satu muslim pun yang berpendapat bahwa manusia tidak bisa salah dan lupa. Pun, tidak ada yang berani berikrar secara lisan bahwa dirinya ma'shum?
Namun bagaimana yang ada di hati kecilnya?
Mari kita belajar dari para ulama pewaris nabi dalam hal bagaimana mereka menanggapi kritik.
Tersebutlah Abu Abdullah al-Hakim (wafat 405 H), seorang ahli hadis dari Naisabur. Beliau termasuk ulama yang produktif menulis buku diantara 'al-Madkhal ila al-Shahih'.
Kita bergerak ke barat mengunjungi Mesir ada ulama hadis bernama Abdul Ghani bin Sa'ad al-Azdi al-Mishri (wafat 409).
Ceritanya, Syekh Abdul Ghani punya tulisan yang isinya memberikan kritikan dan tanggapan terhadap apa yg ditulis oleh Syekh al-Hakim dalam 'al-Madkhal ila al-Shahih'.
Bagaimana tanggapan Syekh al-Hakim ketika mengetahui ada yang mengkritik dan menanggapi tulisan beliau? Tersinggung kah beliau?
Ternyata tidak! Syekh Abdul Ghani menceritakan sendiri bahwa dengan kritikan dan tanggapan yang beliau sampaikan, Syekh al-Hakim malah berterimakasih.
Tidak hanya itu, bahkan Syekh al-Hakim mendiktekan kritikan dan tanggapan Syekh Abdul Ghani kepada para muridnya tanpa merasa malu bahwa kedudukannya sebagai alim akan tergoyahkan dengan kritikan Syekh Abdul Ghani.
Sebenarnya bisa saja Syekh al-Hakim menyampaikan kritikan dan tanggapan tersebut tanpa menyebut si empunya sehingga seakan-akan kritikan dan tambahan tersebut berasal dari Syekh al-Hakim sendiri.
Namun yang terjadi adalah sebaliknya, secara terang-terangan Abu Abdullah al-Hakim menyebutkan bahwa kritikan dan tanggapan tersebut berasal dari Abdul Ghani al-Azdi al-Mishri. Sportif namanya!
Demikianlah pelajaran yang dapat diambil dari para ulama. Perkataan dan perbuatan mereka memang bukanlah sumber hukum dengan sendirinya.
Hanya, kita dapat mengetahui bagaimana mengamalkan Islam secara tepat dengan belajar dari perkataan dan perbuatan para ulama.
Semoga Allah menjadikan kita sebagai umat yang senantiasa legowo mendengar berbagai masukan dan ikhlas mengikuti mana yang terbaik darinya.
Disarikan dari buku: Qiimatuz Zaman 'inda al-Ulama oleh Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah (1417 H), ahli hadis al-Azhar dari Suriah
----------------------------------
Pcim Mesir menerima zakat, infaq, sadaqah. Uang ini akan dipergunakan untuk kepentingan dakwah Pcim Mesir dan dapat disalurkan ke:
No rek. 3660009009 a/n PCIM Mesir, Bank Syariah Mandiri, Jl. Gedong Kuning Selatan, No. 5, Yogyakarta.
Konfirmasi via facebook : https://www.facebook.com/pcim.mesir
Dan semoga amal ini bisa menjadikan kita menerima buku amalan perbuatan dengan tangan kanan diakhirat kelak. Alamat Pcim Mesir: Building 113/2, 10th district, Nasr city, Cairo, Egypt.
Labels
Sang Pencerah
Post A Comment
Tidak ada komentar :