PCIM News

[Kabar PCIM][list]

Kabar Persyarikatan

[Muhammadiyah][twocolumns]

Risalah Tauhid, Risalah Para Pembaharu (Kajian Eklusif Al Hikmah PCIM Kairo Bersama Prof. Dr. Muhammad Imaroh)



Ketika nalar masyarakat tidak lagi digunakan untuk memahami dinamika yang terjadi di alam realitas, maka hal ini akan  berefek pada lahirnya budaya pagan yang menghegemoni aktivitas masyarakat. Pada titik ini masyarakat akan mengalami penyimpangan makna spiritualitas yang asalnya adalah suatu kekuatan yang mendorong setiap jiwa untuk menjadikan aktivitas hidupnya sebagai aksi pengabdian pada Pencipta, berubah menjadi, sikap tunduk dan patuh pada manusia yang punya pengaruh di dalam masyarakat. Spiritualitas masyarakat tidak lagi mencari pembenaran kepada nalar, apalagi wahyu, karena ruang gerak nalar telah dihimpit oleh kepentingan kaum pagan, tapi dalam pembenarannya mereka akan mengutut pada para berhala yang telah dikultuskan. Oleh karena itu titik ini juga akan menjadi medan perseteruan serius antara nalar dan dogma agama yang sudah disimpangkan. Dan inilah realitas masyarakat di era keruntuhan, masyarakat yang penuh dengan kejumudan, keterbelakangan dan pengkultusan.

Imam Muhammad Abduh sebagai imam pembaharu  di awal era kebangkitan menyadari betul akan realitas ini, sehingga ide kebangkitan yang disuguhkannya adalah bagaimana membangun idiologi pembaharuan yang mampu mendorong masyarakat menuju era kemajuan. Beliau memulai langkah pembaharuannya ini dengan memperbaharui ilmu kalam.

Ilmu kalam merupakan ilmu yang paling bertanggung jawab atas munculnya budaya pagan dalam masyarakat, serta lahirnya bid’ah, khurofat dan semua penyimpangan yang mengotori kemurnian akidah umat.  Dan ilmu kalam yang ada dalam khazanah pemikiran Islam di era kemunduran  telah sampai pada masa kejumudannya, suatu masa yang dialami oleh setiap ilmu  ketika ia kehilangan fungsi dan efektivitasnya. Kitab-kitab pokok yang menjadi rujukan utama dalam ilmu hanya sebatas penampung dalil-dalil aqli yang hanya memperdebatkan dalil dan tidak pernah sampai pada hakikat.
Dengan besic kalam Asy’ary Imam Muhammad Abduh mencoba mengumpulkan kembali tema-tema kalam dari berbagai madzhab kalam yang ada yang merupakan unsur-unsur pembentuk idiologi pembaharuannya. Tema-tema kalam itu yang sekarang terkumpul dalam buku beliau berjudul Risalah Tauhid.

Pada pertengahan Abad ke 20 M Risalah Tauhid mampu menjadi buku yang paling fenomenal dikalangan para pembaharu di dunia Islam. Di Al Jazair, Syekh Abdul Hamid bin Badis dan Syek Basyir al Ibrohimy menjadikan buku ini sebagai buku pegangannya, begitu juga di Indonesia, KH. Ahmad Dahlan—sebagaimana diceritakan oleh murid-muridnya—menjadikan buku ini sebagai salah satu buku bacaannya, sekaligus yang mempengaruhi pemikiran pembaharuannya. Maka tidak salah kalau kita mengatakan bahwa kitab Risalah Tauhid adaalah kitab risalah para pembaharu.
Pada hari Kamis (1/5/14) kemarin kami kajian Al Hikmah PCIM Kairo mencoba untuk menangkap spirit idiologi pembaharuan yang di tuliskan Imam Muhammad Abduh dalam Risalah Tauhid-nya. Kami mengkaji Muqodimah kitab ini bersama guru kami Prof. Dr. Muhammad Imaroh. Dalam pembukaan majlis ini beliau menyampaikan pada kami bahwa kitab Risalatut Tauhid ini memiliki kelebihan tersendiri dibanding buku-buku tauhid lainnya. Selain karena memuat tema-tema penting dalam ilmu Tauhid, juga karena kitab ini berupaya untuk menyatukan madzhab-mazdhab akidah yang ada, dan berusaha mengembalikan akidah umat pada kemurnianya. Wallahu ‘Alam bis Showwab.
  
#Nurfarid, Lc




Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

Tidak ada komentar :


Majelis dan Lembaga

[Seluruh Artikel][grids]

Kajian MCIS

[Kajian Utama][bsummary]

Majalah Sinar Mesir

[Seluruh Artikel][threecolumns]

Shaffatul 'Aisyiyah

[Shaffatul 'Aisyiyah][list]