PCIM News

[Kabar PCIM][list]

Kabar Persyarikatan

[Muhammadiyah][twocolumns]

Tahkiq Turats; Menelisik Akar Sejarah Identitas Peradaban Islam Part I


Turats diartikan sebagai segala sesuatu yang ditinggalkan oleh manusia pada masa lampau, yang keberadaannya masih eksis hingga sekarang. Dengan definisi umum diatas, setiap bangsa mempunyai warisan dan khazanah kekayaan tersendiri . Akan tapi yang akan kita bincangkan disini tidak serta merta menyentuh semua aspek yang berkenaan dengan turats secara umum, melainkan ada batasan dan skala prioritas yang kita sajikan dalam wacana turats kali ini. 

Kata turats selalu identik dengan warisan Islam; budaya, pemikiran, manuskrip, sistem dan bahkan sumber beragama. Namun begitu, kita harus jujur bahwa bukan hanya Islam satu-satunya agama yang mempunyai tradisi intelektual yang tertuang dalam kata turats. Agama Kristen, Budha, Majusi dan lain-lain,  meninggalkan warisan tersendiri bagi pemeluknya sesuai dengan warna dan gaya yang khas antara satu sama lain. Setiap Bangsa dan Negara meninggalkan warisan yang sesuai dengan karakter sosio-kultural dan sosio-politik yang spesifik, yang kita kenal dengan sebutan peradaban.

Berikut ini wawancara SINAR MUHAMMADIYAH dengan Prof. Isham Muhammad Shanti,

 Sinar: bagaimana perkembangan tahkik turats saat ini?

Dr: Perkembangan tahkik turats saat ini sangat menggembirakan. Dimana buku-buku hasil penahkikan tersebar di pasaran. Sayangnya, kebanyakan dari buku-buku tersebut tidak memakai metode tahkik yang sebenarnya. Karena para penahkiknya kebanyakan dari mereka merupakan pendatang baru.

Dalam dunia tahkik dibutuhkan perangkat-perangkat. Apalagi bahasa arab memiliki keistimewaan tersendiri, yang tidak didapatkan pada buku-buku baru yang dicetak saat ini.

Oleh karena itulah, supaya mendapatkan hasil yang maksimal, terlebih dahulu kita harus menguasai materi surbodinat dari apa yang kita akan tahkik. Terutama dari segi bahasa, karena banyak sekali perbedaan bahasa antara buku asli dan hasil tahkik. Dan tidak dibenarkan menahkik suatu buku yang bukan spesifikasinya. Misalnya menahkik buku tentang ilmu pertanian, tapi yang menahkiknya bukan dari bidangya. Maka banyak sekali hal-hal lucu dari hasil pentahkikan buku tesebut. Oleh karena itulah orang tersebut harus menguasai materi-materi atas buku yang akan digarap.

Sinar: Berapakah jumlah manuskrip yang ada sekarang, dan seberapa persen yang sudah ditahqiq?

Dr: Dari dulu sampai sekarang belum diketahui jumlah manuskrip yang sebenarnya. Disebabkan banyaknya hambatan. Diantaranya ketidakjelasan satandarisasi dalam statistik tersebut. Apakah jumlah yang kita maksud itu hanya sebatas judul-judul saja, atas dasar naskah kah, atau berupa kumpulan beberapa naskah. Oleh karena itulah terjadi perbedaan pendapat dalam masalah ini.

Misalnya anda pergi ke Maktabah DârulKutub al-'Ilmiyah, lalu ditanyakan berapa jumlah manuskrip yang ada disana. Maka anda harus menggunakan standarisasi yang dipakai disana. Berdasarkan tiga klasifikasi tadi. Bahkan dalam satu makatabah ada yang memasukkan bebarapa jilid manuskrip dalam satu kitab. 

Tapi dalam gambaran saya, jumlah manuskrip yang ada sekarang ini kurang lebih dari satu sampai lima juta. Tentunya kita tidak bisa mengetahui semua manuskrip tersebut, tanpa mengetahui manuskirp yang ada di dunia arab terlebih dahulu. Apalagi masih banyak manuskrip yang berceceran, dan belum masuk hitungan. Oleh Karena itulah dibutuhkan metode yang tepat dalam mengkalkulasikan jenis-jenis manuskrip. Dibantu dengan peralatan mutakhir, sehingga kita bisa mengetahui jumlah kekayaan khazanah Arab dan umat Islam.

Saya berasumsi, seandainya ada satu lembaga yang mempelajari kita-kitab turats dalam bidang filsafat misalnya, maka tugas mereka yang paling inti adalah mendata semua manuskrip yang bersangkutan dengan filsafat. Dan proses tersebut dibagi menjadi dua, pertama dari segi geografis dan kedua secara tematis.

Betapa meruginya kita, jika tidak bisa mengetahui jumlah menuskrip Arab yang sebenarnya. Dimana manuskrip bangsa lain dengan mudah dapat diketahui. Seperti manuskrip latin yang jumlahnya sekitar tiga ratus ribu, atau manuskrip Yunani yang berjumlah sekitar lima ratus ribu.

Mungkin yang jadi hambatan adalah, pendapat yang mengatakan bahwa mansukrip Arab bukan hanya yang berbahasa arab saja, melainkan manuskrip lain yang berbahasa selain arab pun selama masih menggunkan huruf-huruf arab, maka masih dikatagorikan sebagai manuskrip Arab. Termasuk manuskrip Arab yang sudah ditulis ulang ke dalam bahasa lain, sedangkan yang aslinya sudah menghilang. Makanya dibutuhkan kerja ekstra.Tapi kami di lembaga ini, hanya konsen terhadap manuskrip yang berbahsa Arab saja.

Sinar: Bisa dijelaskan mengenai keberadaan Ma’had Makhtûthat ‘Arabiyah dan kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya?

Dr: Ma’had Makhtûthat ‘Arabiyah adalah lembaga pemerintahan yang concern dalam bidang menuskrip arab. Merupakan cabang dari Lembaga Kebudayaan dan Keilmuan yang berada dalam naungan Jami'ah Dual Arabiyah.

Lembaga ini sudah melewati beberapa fase:

Fase petama, pada tahun 1946. dimulai sejak didirikannya Jami'ah Dual Arabiyah. Pada fase ini, lembaga ini belum menjadi sebuah akademi. Tapi berada dibawah koordinasi Lembaga Kebudayaan Jami'ah Dual Arabiyah. Itu berlangsung sampai 1970. Pada tahun tersebut, dibentuk Lembaga Pendidikan Kebudayaan dan Pengetahuan Arab. Dan Ma’had Makhtûthat ‘Arabiyah lebih cocok ada dalam naungan lembaga tadi. Dari pada berafiliasi langsung ke Jami'ah Dual Arabiyah yang lebih condong ke politik.

Kegiatannya hanya bekutat pada pengumpulan manuskrip berbahasa Arab. Dan menyediakan copy manuskrip, katalog, tahkik, berikut pengajaranya yang disediakan bagi semua yang ingin menggeluti bidang ini.

Ma’had ini juga tidak berusaha mengumpulkan manuskrip-manuskrip asli. Tapi hanya berupa kopian saja. Karena tujuan dari ma’had sendiri adalah peneliitian, bukan arkeologi.

Disebabkan ma’had ini merupakan lembaga pemerintahan maka tugasnya tidak saja meneliti menuskrip yang ada di dunia Arab saja, tapi seluruh dunia.Bersambung...
----------------------------------
Pcim Mesir menerima zakat, infaq, sadaqah. Uang ini akan dipergunakan untuk kepentingan dakwah Pcim Mesir dan dapat disalurkan ke:
No rek. 3660009009 a/n PCIM Mesir, Bank Syariah Mandiri, Jl. Gedong Kuning Selatan, No. 5, Yogyakarta.
Konfirmasi via facebook : https://www.facebook.com/pcim.mesir
Dan semoga amal ini bisa menjadikan kita menerima buku amalan perbuatan dengan tangan kanan diakhirat kelak. Alamat Pcim Mesir: Building 113/2, 10th district, Nasr city, Cairo, Egypt.
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

Tidak ada komentar :


Majelis dan Lembaga

[Seluruh Artikel][grids]

Kajian MCIS

[Kajian Utama][bsummary]

Majalah Sinar Mesir

[Seluruh Artikel][threecolumns]

Shaffatul 'Aisyiyah

[Shaffatul 'Aisyiyah][list]